Jumat, 10 Oktober 2014

BUTIRAN MUTIARA HATI

Ev. Hermanto Karokaro, MA


Cerita tentang Ayub mungkin sudah sering kita dengar, sejak di sekolah Minggu bahkan setelah kita dewasa sekarang. Beberapa waktu yang lalu, saat renungan pagi saya kembali membaca kisah Ayub dibagian awal, tepatnya pasal pertama dan hanya 4 ayat saja. Tetapi dari ayat-ayat itu saya menemukan butiran-butiran hikmat yang membuat saya makin memahami arti hidup. Roh Tuhan seperti mengajari saya dengan penuh kelembutan, sampai-sampai saya mengangguk-anggukan kepala sendiri. Lewat tulisan yang singkat dan sederhana ini saya ingin berbagi dan mudah-mudahan jadi berkat bagi saudara – saudaraku dalam Tuhan.


Butir pertama:
Ayub seorang yang menyembah dan setia kepada Allah.  

Kebermaknaan  dan kebahagiaan hidup Ayub dimulai dari sini. Saat Ayub memutuskan untuk menyembah kepada Allah dengan setia.  Hidup yang bermakna dan bahagia adalah ketika kita mengarahkan hidup kepada Allah dan menjadikan Dia di atas segalanya. Di atas harta kita, jabatan kita, bahkan segala hal  yang ada didunia ini. Jangan tertipu dengan segala iming-iming dunia ini. Dibagian yang lain, Salomo seorang raja yang sangat kaya pada zamannya berkesimpulan, bahwa tanpa Tuhan semua  akan  menjadi sia-sia. Terkadang ada orang rela menggantikan Tuhan demi jabatan, harta, jodoh, dll. Pada akhirnya hidup mereka sangat memprihatinkan.  Secara pandangan mata terlihat bahagia, dapat jabatan, harta melimpah, dll. Tetapi jauh didalam hati,  mereka  sangat tertekan, kosong  dan kesepian.  Tanpa perlu penjelasan panjang, jika kita ingin hidup berarti,  damai dan sejahtera secara utuh, jadikan Tuhan sebagai fokus hidup kita.

Butir kedua:
Ayub Orang yang baik budi.

Kebermaknaan dan kebahagiaan hidup Ayub berikutnya adalah, ketika Ayub memutuskan untuk menjadi orang yang baik budi. Ayub tidak berhenti hanya menyembah Tuhan. tetapi Ayub juga berhasil mengemplementasikan hubungannya dengan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.  Ayub dikatakan orang yang baik budi. Prilaku Ayub yang baik itu datang dari hatinya, dan hal itu adalah hasil dari relasinya dengan Tuhan. Ayub melakukan segala yang baik dengan tulus, tanpa motivasi yang terselubung. Ketika  Ayub menolong orang lain, dia melakukannya dengan tulus.  Saat Ayub menegur orang yang salah  dia menegur dengan tulus. Tidak ada kepura-puraan dalam hidup Ayub.  Relasi kita dengan Tuhan memang sangat penting, tetapi apakah relasi kita dengan Tuhan berdampak kepada hidup kita sehari-hari, ini merupakan hal yang tidak bisa kita abaikan. Kebermaknaan hidup akan menjadi utuh ketika kita berhasil mengemplementasikan relasi kita dengan Tuhan dalam hidup sehari-hari. Kita mungkin bisa berkata, setiap hari saya baca Alkitab, berdoa bahkan berpuasa. Tetapi yang tidak kalah penting adalah apa kata orang tentang kita. Alkitab berkata, Ayub adalah seorang yang baik hati. Biarlah kebaikan hati kita  sebagai hasil dari relasi kita yang intim dengan Tuhan  bisa dirasakan oleh semua orang.


Bersambung,…

Natntikan….butir berikutnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MEMBANGUN BANGUNAN ALLAH Ev. Hermanto Karokaro 1 Korintus 3:10-23 Dalam renungan sebelumnya kita telah belajar bahwa setiap orang p...