Cerita tentang
Ayub mungkin sudah sering kita dengar, sejak di sekolah Minggu bahkan setelah
kita dewasa sekarang. Beberapa waktu yang lalu, saat renungan pagi saya kembali
membaca kisah Ayub dibagian awal, tepatnya pasal pertama dan hanya 4 ayat saja.
Tetapi dari ayat-ayat itu saya menemukan butiran-butiran hikmat yang membuat
saya makin memahami arti hidup. Roh Tuhan seperti mengajari saya dengan penuh
kelembutan, sampai-sampai saya mengangguk-anggukan kepala sendiri. Lewat tulisan
yang singkat dan sederhana ini saya ingin berbagi dan mudah-mudahan jadi berkat
bagi saudara – saudaraku dalam Tuhan.
Butir pertama:
Ayub seorang yang menyembah dan setia kepada
Allah.
Kebermaknaan dan kebahagiaan hidup Ayub dimulai dari sini.
Saat Ayub memutuskan untuk menyembah kepada Allah dengan setia. Hidup yang bermakna dan bahagia adalah ketika
kita mengarahkan hidup kepada Allah dan menjadikan Dia di atas segalanya. Di atas
harta kita, jabatan kita, bahkan segala hal yang ada didunia ini. Jangan tertipu dengan
segala iming-iming dunia ini. Dibagian yang lain, Salomo seorang raja yang
sangat kaya pada zamannya berkesimpulan, bahwa tanpa Tuhan semua akan menjadi
sia-sia. Terkadang ada orang rela menggantikan Tuhan demi jabatan, harta,
jodoh, dll. Pada akhirnya hidup mereka sangat memprihatinkan. Secara pandangan mata terlihat bahagia, dapat
jabatan, harta melimpah, dll. Tetapi jauh didalam hati, mereka sangat tertekan, kosong dan kesepian. Tanpa perlu penjelasan panjang, jika kita
ingin hidup berarti, damai dan sejahtera
secara utuh, jadikan Tuhan sebagai fokus hidup kita.
Butir
kedua:
Ayub Orang yang baik budi.
Kebermaknaan
dan kebahagiaan hidup Ayub berikutnya adalah, ketika Ayub memutuskan untuk
menjadi orang yang baik budi. Ayub tidak berhenti hanya menyembah Tuhan. tetapi
Ayub juga berhasil mengemplementasikan hubungannya dengan Tuhan dalam kehidupan
sehari-hari. Ayub dikatakan orang yang
baik budi. Prilaku Ayub yang baik itu datang dari hatinya, dan hal itu adalah
hasil dari relasinya dengan Tuhan. Ayub melakukan segala yang baik dengan
tulus, tanpa motivasi yang terselubung. Ketika Ayub menolong orang lain, dia melakukannya dengan
tulus. Saat Ayub menegur orang yang
salah dia menegur dengan tulus. Tidak ada
kepura-puraan dalam hidup Ayub. Relasi kita
dengan Tuhan memang sangat penting, tetapi apakah relasi kita dengan Tuhan
berdampak kepada hidup kita sehari-hari, ini merupakan hal yang tidak bisa kita
abaikan. Kebermaknaan hidup akan menjadi utuh ketika kita berhasil
mengemplementasikan relasi kita dengan Tuhan dalam hidup sehari-hari. Kita mungkin
bisa berkata, setiap hari saya baca Alkitab, berdoa bahkan berpuasa. Tetapi yang
tidak kalah penting adalah apa kata orang tentang kita. Alkitab berkata, Ayub adalah
seorang yang baik hati. Biarlah kebaikan hati kita sebagai hasil dari relasi kita yang intim
dengan Tuhan bisa dirasakan oleh semua
orang.
Bersambung,…
Natntikan….butir
berikutnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar