Hermanto Karokaro, MA
Saya teringat ketika mengunjungi
seorang ibu yang sedang sakit di salah satu rumah sakit
di Jakarta beberapa waktu yang lalu.
Salah seorang anak ibu tersebut meminta saya agar dilakukan perjamuan
kudus. Ketika perjamuan kudus hendak
dilakukan, saya meminta agar si ibu berdoa dan memeriksa hati serta mengampuni
jika ada orang yang menyakiti. Sesat si
ibu menatap saya sementara roti perjamuan sudah di tangannya. Kemudian si ibu
pun berkata, saya tidak bisa, hati saya sangat sakit, terlalu jahat apa yang
diperbuatnya. Akhirnya perjamuan kudus
pun ditunda. Saya membiarkan si ibu terdiam dalam perenungannya, sambil mencoba masuk kedalam perasaannya. Dengan
perlahan saya ajak bicara dan menggali apa yang dirasakannya. Membiarkan si ibu menceritakan rasa sakitnya. Setelah hampir satu jam si ibu kelihatan mulai
lega dan seperti sudah diatur Tuhan. Beberapa
menit setelah itu orang yang menyakiti
si ibu tersebut datang dan saat itu
terjadi rekonsiliasi (saling
memafkan).
Mengampuni harus sampai di hati. Banyak orang katanya sudah mengampuni, tetapi
tidak sampai di hati. Tanda mengampuni
sampai di hati bukan berarti kita
melupakan peristiwa yang pernah terjadi,
karena hal itu sudah sampai di memori alam bawah sadar kita. Tetapi walau kejadian itu masih kita ingat,
namun tidak lagi menyakiti. Ibarat ular
gigitanya sudah tidak berbisa.
Mengampuni memang tidak mudah, apa lagi tingkat kesalahannya
sangat melukai hati, dan orang yang melakukannya sangat kita cintai pula. Dalam sebuah percakapan antara murid-murid
dan Tuhan Yesus, Petrus memunculkan
sebuah pertanyaan tentang berapa kali seseorang harus mengampuni. Petrus
berpikir 7 kali adalah batas maksimal mengampuni, karena pada zaman itu di
masyarakat tidak ada ajaran tentang mengampuni, yang ada adalah hukum saling
membalas. Yesus menjawab bahwa batas
mengampuni itu bukan 7 kali, tetapi 7 kali 70 kali. Artinya, mengampuni itu
tidak ada batasnya. Kita selalu memberi
kesempatan kepada orang lain untuk berubah.
Mungkin kita berkata, saya sih mau mengampuni tetapi saya tidak sanggup.
Ada banyak orang masuk dalam kategori seperti ini. Ingin dan mau mengampuni tetapi tidak sanggup. Dalam hal mengampuni
memang kita membutuhkan kekuatan dan sumber kekuatan kita adalah Tuhan. Jika Tuhan menyuruh kita mengampuni maka Dia
juga bersedia menolong kita. Karena itu jika saat ini ada orang yang belum bisa
saudara ampuni, maka mintalah kepada Tuhan kekuatan, Dia pasti akan menyanggupkan.
Selamat Mengampuni.