Jumat, 27 Februari 2009

PRINSIP PERNIKAHAN KRISTEN

Pernikahan dalam pandangan Kristen bukanlah sekedar keinginan manusia. Tetapi pernikahan dalam pandangan Kristen adalah sebuah kehendak Tuhan. Dalam perjanjian Lama, Pernikahan merupakan lembaga pertama yang didirikan oleh Tuhan. Tuhanlah yang merancang pernikahan, Tuhanlah yang mempersatukan Adam dan Hawa sebagai satu keluarga. Mengutip pendapat John Stoot, “ Perkawinan bukanlah temuan manusia. Ajaran Krsiten tentang topik ini diawali dengan penegasan penuh kegembiraan bahwa perkawinan adalah gagasan Allah, bukan gagasan manusia… Perkawinan sudah ditetapkan Allah pada masa sebelum manusia jatuh kedalam dosa Hal yang sama dalam Perjanjian Baru, Yesus dan Paulus memandang pernikahan adalah sebuah lembaga yang sangat penting. Ketika pernikahan di kota Kana Yesus melakukan muzijat pertama walaupun waktunya belum tiba toh akhirnya Yesus melakukan juga karena Yesus memandang pernikahan adalah sesuatu yang sangat penting. Mengutip Yohanes 2:4 “Kata Yesus kepadanya: "Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba., Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: "Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu! “

Pernikahan Krsiten merupakan sebuah perjanjian (covenant). Perjanjian bukan sekedar janji antara manusia yang sering berubah. Janji dalam sebuah pernikahan melibatkan Allah, artinya suatu janji yang tidak bisa dibatalkan dan merupakan ikatan seumur hidup. Itu sebabnya dalam pernikahan Kristen pasangan yang menikah harus melibatkan Tuhan bahkan menjadikannya sebagai kepala sehingga komunikasi dalam keluarga bukan hanya dialog tetapi menjadi trialog. Jika dalam keluarga Allah dijadikan kepala maka Allah akan terus melakukan intervensi sehingga pasangan-pasangan yang menikah terus bertahan dalam satu keluarga yang utuh sekalipun dalam perjalanannya menghadapi banyak tantangan. Tetapi sebaliknya jika Pernikahan hanya dipandang sebagai keinginan manusia semata maka ikatan pernikahan sangat rapuh dan mudah putus.Itulah yang terjadi banyak pernikahan pada zaman modern ini, terlebih pasangan para selebritis. Dulu waktu menikah ditanya mengapa menikah jawabnya sangat ilahi, atas kehendak Tuhan. Ttapi setelah menikah mengalami masalah lalu bercerai, kemudian ditanya mengapa bercerai jawabannya kembali sangat ilahi, sudah kehendak Tuhan. Benarkah atas kehendak Tuhan bercerai, tentua tidak. Atau mungkin pernikahan dipandang sebagai sebuah janji ilahi tetapi jika dalam perjalanan rumah tangga tidak melibatkan Tuhan maka dapat dipastikan pernikahan itu menjadi sesuatu yang hambar dan bukan tidak mungkin suatu saat akan kandas ditengah jalan. Maka dari itu pernikah Krsiten bukanlah sekedar janji manusia tetapi sebuah jani ilahi.

Ketika Tuhan membangun sebuah keluarga tujuannya jelas, sebagaimana dicatat dalam kitab Kejadian 1:28 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." Tuhan ingin supaya dari keluarga-keluarga yang diberkati lahir keturunan-keturunan ilahi yang mempermuliakan Tuhan. Seperti yang dicatat dalam kitab Maleakhi 2:15 “Bukankah Allah yang Esa menjadikan mereka daging dan roh? Dan apakah yang dikehendaki kesatuan itu? Keturunan ilahi! Jadi jagalah dirimu! Dan janganlah orang tidak setia terhadap isteri dari masa mudanya.“ Allah Tritunggal pada awal penciptaan menyadari bahwa ada kemungkinan manusia akan jatuh kedalam dosa. Itu sebanya terjadi dialog, bagaimana seandainya manusia ciptaan kita jatuh kedalam dosa, padahal tujuan kita menciptakan manusia supaya menyembah kita. Maka dalam dialog itu sang Putera (Yesus ) disepakati akan turun kedunia untuk menyelamatkan dan ditetapkan bahwa keluarga Yusuf dan Maria akan menjadi keluarga Ysus.

Banyak orang terjebak dengan pandangan umum tentang tujuan pernikahan. Sudah menjadi pendapat semua orang bahwa tujuan pernikahan adalah supaya hidup menjadi lebih bahagia. Sehingga tidak jarang banyak orang akhirnya kecewa dengan pernikahannya karena ternyata dia tidak bahagia. Dan terjadinya banyak perceraian alasan utamanya adalah karena sudah tidak mendapat kebahagiaan lagi. Maka dari itu dimuali dari sini bahwa tujuan pernikahan bukanlah untuk mendapat kebahagiaan. Tetapi kebahagiaan merupakan akibat dari pernikahan yang mengalami pertumbuhan. Jika masing-masing pasangan bertumbuh maka implikasinya adalah mereka akan mendapatkan kebahagiaan. Maka tujuan pernikahan bukanlah kebahagiaan tetapi pertumbuhan

Pernikahan Kristen dirancang Tuhan monogame. Ketika Tuhan melihat Adam sendirian, Tuhan menciptakan Hawa sebagai pasangan Adam yang berperan sebagai penolong. Tuhan tidak menciptakan Hawa-hawa, tetapi hanya menciptakan satu Hawa. Maka dari itu pernikahan Kristen harus monogame. Memang dalam Perjanjian Lama banyak ditemukan terjadi praktek polygame, tetapi sesungguhnya itu bukanlah rancangan Tuhan. Dalam perjanjian Baru baik Yesus maupun Paulus sangat menekankan bahwa pernikahan yang dianjurkan adalah monogame. Mengutip tulisan Paulus “I Korintus 7:2 tetapi mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap laki-laki mempunyai isterinya sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya sendiri.” Dengan kata lain perkawinan yang melibatkan wanita/pria lebih dari satu adalah percabulan.


Keterbukaan Adalah Sebuah Kekuatan

Suatu hari di taman getsemani Yesus pernah berkata, “hatiku takut seperti mau mati rasanya”, kata-kata tersebut diucapkan oleh Yesus saat Dia sedang berada dalam satu situasi yang sangat berat yaitu antara hidup dan mati. Yesus bergumul, bahkan keringat-Nya seperti tetesan darah mungkin karena ada pembuluh darah yang pecah karena tingkat stress yang begitu tinggi Dia alami. .Kata kata “hatikut takut seperti mau mati rasanya” merupakan sebuah ungkapan jujur dari ruang hati Yesus yang terdalam. Yesus jujur dengan perasaan-Nya, Yesus terbuka dengan tiga orang murid-Nya. (Yohanes, Yakobus dan Petrus). Keterbukaan Yesus terhadap Tuhan dihadapan tiga orang murid-Nya berdampak positif terhadap kondisi jiwa Yesus. Yesus secara emosi lebih tenang, lebih siap dan lebih berani sekalipun harus menghadapi maut.
Ada banyak halangan seseorang menjadi terbuka. Ada kalanya orang takut terbuka karena ada perasaan malu, malu kalau orang tahu kelemahan saya. Terutama mereka yang memiliki jabatan atau status sosial yang agak lumayan. Ada orang tidak terbuka karena tidak memiliki orang yang dapat dia percayai. Dia takut kalau masalahnya akan menjadi konsumsi publik. Ada orang tidak terbuka karena merasa mampu menyelesaikan masalahnya sendiri, dll. Apa pun alasannya, keterbukaan sangat penting dimiliki oleh setiap orang. Keterbukaan menjadikan seseorang tahan terhadap berbagai persoalan.

Kamis, 26 Februari 2009

Hidup Adalah Tantangan

Setiap manusia yang masih hidup di dunia tentu tidak lepas dari persoalan. Victor F, seorang psikolog aliran Humanistik berkata bahwa, persoalan memberi kontribusi untuk kedewasaan seseorang. Tetapi masalahnya setiap orang berbeda kekuatannya dalam menghadapi persoalan. Ada orang dengan dirinya sendiri mampu mengatasi masalahanya, tetapi ada juga orang yang membutuhkan pendapingan dari orang lain, apa lagi persoalannya tergolong berat. Berangkat dari pemikiran inilah maka saya terdorong untuk membuka blog LAYANAN KONSELING. Tujuannya adalah untuk menolong orang-orang membutuhkan dukungan disaat mereka

MEMBANGUN BANGUNAN ALLAH Ev. Hermanto Karokaro 1 Korintus 3:10-23 Dalam renungan sebelumnya kita telah belajar bahwa setiap orang p...