ANGIN RIBUT DIREDAKAN
Oleh: Ev. Hermanto Karokaro, MA
Markus 4:35-41
Pendahuluan
Angin
ribut diredakan merupakan sepenggal kisah pelayanan Tuhan Yesus bersama dengan
murid-murid. Kisah ini dapat kita baca dalam ketiga kitab Injil, Matius, Markus
dan Lukas. Peristiwa ini terjadi menjelang
sore di Danau Galilea ketika Tuhan Yesus dan murid-murid hendak menyeberang ke
daerah Gerasa. Dan terjadi sekitar 2000 tahun yang lalu. Walau demikian jika
dipelajari masih sangat relevan dengan
konteks sekarang. Ada beberapa point
penting yang sangat memberkati saya secara pribadi ketika membaca dan
merunungkan kisah ini. Dengan segala keterbatasan pengetahuan dan bahasa
yang saya miliki, saya mencoba
menuliskannya kepada semua sahabat
anak-anak Tuhan dengan harapan semoga menjadi berkat.
Point 1.
Orang Percaya Yang Setia Tidak Bebas dari Persoalan Hidup
Ayat 37 Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu,
sehingga perahu itu mulai penuh dengan air.
Jika
boleh memilih maka tidak ada yang mau hidup menderita. Sudah menjadi sifat
manusia selalu menginginkan yang
mudah nyaman dan enak. Seorang
psikolog sigmound frued mengatakan bahwa tujuan hidup manusia itu adalah mengejar
kenikmatan. Pemikiran seperti ini secara
sadar atau tidak sudah mempengaruhi
keimanan Kristen. Teologi
kemakmuran misalnya, menjajikan bahwa
orang percaya akan diberkati dan bebas dari penderitaan. Kuasa Tuhan
diekplorasi hanya untuk kepentingan dan kenyamanan hidup. Apa yang terjadi di danau Galilea seperti
kutipan ayat 37. merupakan sebuah fakta bahwa orang yang
berjalan bersama Tuhan Yesus juga dizinkan mengalami badai. Murid-murid sudah
menyerahkan hidupnya kepada Tuhan Yesus, meninggalkan pekerjaan bahkan keluarga
demi mengiring Yesus. Dan peristiwa badai yang sangat dahsyat itu terjadi saat
mereka sedang bersama Tuhan Yesus dan hendak melanjutkan pelayanan. Belajar dari kisah murid-murid di danau
Galilea dapat sebuah pelajaran bahwa, orang percaya yang setia mengiring Tuhan
juga bisa mengalami masalah dalam kehidupannya. Masalah tidak selalu karena
dosa atau kutuk, tetapi atas izin Tuhan demi kebaikan.
Point 2.
Singkirkan Khawatir - Takut dengan Iman
Percaya.
Ayat 4:38 Pada waktu itu Yesus sedang tidur
di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata
kepada-Nya: "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?"
Murid-murid
menjadi khawatir dan takut ketika badai datang adalah wajar, apa lagi badai
yang datang saat itu sangat dahsyat
sebagaimana di tulis dalam ayat 37. Namun akibat khawatir dan takut, sikap dan cara pandang mereka terhadap Tuhan
Yesus menjadi tidak wajar. Murid-murid
menuduh bahwa Tuhan Yesus tidak peduli dengan mereka. Pertanyaan-nya, benarkah
Tuhan Yesus tidak peduli dengan murid-murid ? tentu tidak. Sejak masih di
pantai Yesus sudah tahu bahwa akan ada badai di tengah danau dan Tuhan Yesus
sudah tahu bahwa badai itu tidak akan mencelakakan murid-murid. Sepertinya Tuhan
Yesus ingin mengajar murid-murid bagaiamana hubunga antara khawatir/takut dengan iman. Sebasar apa pun badai persoalan yang sedang menimpa hidup kita. Selama
kita memiliki iman maka maka khawatir dan takut akan menyingkir. Namun sebaliknya,
walaupun badainya kecil tetapi iman kita tidak ada, maka khawatir/ takut akan
menguasai kita. Karena itu jangan izinkan masalah atau persoalan hidup
menghasilkan rasa khawatir / takut menguasai kita. Tetapi jika masalah hidup
datang bangkitkan iman sehingga hidup
kita menjadi lebih tenang dan kuat. Sebagaimana yang dialami Rasul Paulus walau
dalam penjara dan sedang menunggu eksekusi mati namun Rasul Paulus tetap tenang
bahkan bersuka cita.
Point 3
Ayat 4:39 Ia pun bangun, menghardik angin
itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu
reda dan danau itu menjadi teduh sekali
Jika
Tuhan yang bertindak maka semua akan menjadi mungkin. Ayat sebelumnya dikatakan
bahwa badai itu sangat dahsyat,
tetapi kontras sekali dengan yang terjadi kemudian dalam ayat 39 bagian akhir,
danau itu menjadi teduh sekali. Percayalah
bahwa dalam Tuhan semua masalah kita pasti ada jalan keluarnya. Mungkin dokter
sudah angkat tangan terhadap penyakit yang sedang kita hadapi. Atau ada yang
berkata rumah tangga saya nggak mungkin
bisa dipulihkan. Usaha saya nggak mungkin bangkit. Belajar dari kisah Danau
Galilea, bahwa dalam Tuhan Yesus segala sesuatu masih mungkin terjadi.
Akhirnya..,
sebagai orang percaya jangan alergi dengan
masalah dan jangan cepat menghakimi orang lain karena mereka sedang dalam
masalah. Sebaliknya hadapilah masalah, tetapi jangan dengan kekuatan sendiri
melainkan dengan kesadaran penuh bawha Tuhan Yesus ada bersama kit. Dan percayalah Dia sanggup meneduhkan
segala badai dalam hidup kita, bahkan memberi kelegaan sekalipun badai itu
belum berlalu.
Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar