Sebuah tempat konsultasi menyangkut berbagai persoalan hidup dengan pendekatan psikologi dan Teologi. Di asuh Oleh: Ev. Hermanto Karokaro, MA ((Jika ingin jawaban cepat gunakan konsultasi lewat email di zion364@gmail.com ))
Rabu, 09 Juli 2014
SAYA BUKAN AYAH YANG SEMPURNA (Bagian-2)
Oleh: Ev. Hermanto Karokaro, MA
Lanjutan....
Lanjutan....
Pepatah
lama berkata, buah jatuh tidak jauh dari pohonya. Pepatah ini ingin mengatakan
bahwa keberadaan seorang anak sangat dipengaruhi oleh orangtuanya. Ada dua
aspek yang diturunkan orangtua kepada anaknya; Pertama aspek genetika menyangkut, sifat,
tempramen, bentuk fisik, dll. Aspek ini
sepenuhnya adalah otoritas Tuhan dan tidak bisa kita beri penilaian baik atau
buruk. Sebagai contoh, orang tua yang
bertempramen sanguinis mungkin akan menurun kepada anaknya. Tempramen
(sanguinis, melankolis, phlegmatic, Choleric) adalah bersifat netral dan tidak mungkin berubah. Kedua aspek non genetic
dalam hal ini adalah karakter. Karakter merupakan bagian dari kepribadian
manusia yang terbentuk lewat proses pembelajaran baik yang disadari maupun yang
tidak disadari. Karakter bisa diberi penilaian baik atau buruk. Dan karakter
bagian dari kepribadian manusia yang bisa berubah.
Suatu hari saya berjanji kepada anak saya Yehezkiel akan
membelikan dia mainan gitar kecil sesuai dengan permintaannya, waktu itu
umurnya masih empat tahun. Tetapi karena
pekerjaan dikantor cukup banyak akhirnya
saya lupa membeli gitar tersebut, saya baru teringat ketika saya sudah tiba dirumah, dan Yehezkiel sudah berdiri di depan pintu berharap gitar yang
saya janjikan akan dia dapatkan. Saat itu
bisa saja saya berkata gitarnya akan saya belikan besok karena lupa, tidak
sempat, dll. Tetapi saat itu yang saya lakukan adalah langsung pergi kembali
mencari mainan gitar tersebut, tigapuluh menit kemudian saya kembali dan
menyerahkan gitar yang saya janjikan. Lewat
kejadian itu saya ingin menanamkan satu hal kepada Yehezkiel, bahwa apa yang
sudah kita janjikan jika kita bisa melakukannya maka lakukanlah itu. Banyak orangtua
menganggap enteng berjanji ke anak, kadang kita berpikir anak-anak belum tahu,
belum mengerti, dll. Padahal karakter seseorang
dibangun sejak mereka masih anak-anak, karena itu sebagai orangtua, mari jadikan diri kita
sebagai teladan yang pantas untuk ditiru. Jangan tunggu nanti, karena kalau
mereka sudah remaja akan semakin sulit.
Senin, 07 Juli 2014
SAYA BUKANLAH AYAH YANG SEMPURNA
Oleh: Ev. Hermanto Karokaro, MA
Saya bukanlah
seorang ayah yang sempurna, walau demikian ada kerinduan dihati
agar kelak anak yang Tuhan percayakan dapat bertumbuh menjadi pribadi yang Mengasihi
Tuhan dan menjadi berkat bagi sesamanya. Tulisan ini saya publikasikan bukan dalam
rangka menggurui rekan-rekan sesama
orang tua, hanya sekedar berbagi pengalaman dan sedikit ilmu yang saya pelajari.
Semoga bermanfaat.
Berawal
dari sebuah kesadaran atas apa yang Tuhan katakan tentang anak. Tuhan menganggab
anak adalah sesuatu yang sangat penting. Dalam Alkitab ditemukan 3.598 ayat
yang berbicara tentang anak, 1.387 ayat
tentang Ibu, dan 674 ayat yang berbicara
tentang Ayah. Alkitab berkata bahwa anak adalah anugerah Tuhan, sebagaimana di
tulis dalam Mazmur 127:3 Sesungguhnya,
anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN (alkitab TB). Psalm127:3
Lo, children are an heritage of the LORD: and the fruit of the womb is his
reward (alkitab. Kjv). Mazmur127:3 Situhuna, Tuhan kap simereken anak-anak e, pasu-pasu
i bas TUHAN narikapia (alkitabKaro ed.3). Ayat ini menyadarkan saya bahwa anak
yang ada dalam keluarga saya adalah milik Tuhan dan merupakan berkat Tuhan.
Jika anak adalah milik Tuhan, maka sesungguhnya
saya sebagai orang tua tidak bisa semena-mena, artinya saya harus bertanggung jawab
dan wajib memberikan yang terbaik untuk anak yang Tuhan telah berikan.
Pada dasarnya
setiap orangtua jauh didalam dasar hatinya sangatlah menyayangi anaknya. Setiap
orangtua yang normal tentu ingin yang terbaik bagi anak-anaknya, tetapi sering sekali
gagal mewujudkannya atau salah dalam melakukannya. Akhirnya anak –anak bukan merasa
disayang bahkan sebaliknya. Dan akhirnya muncullah anak-anak yang lari dari rumah,
terjerat dalam pergaulan yang tidak sehat. Dan ujungnya anak bukan lagi mahktoa
bagi orangtua tetapi menjadi aib yang memalukan keluarga, jika sudah demikian banyak orang tua hanya menyalahkan
anak, lingkungan, dll.
Mendidik
anak memang bukan perkara yang mudah, ibarat musik dibutuhkan nada, chord, rytme, yang harmoni sehingga lagu yang dinyanyikan menjadi
symphoni yang enak dinikmati. Mendidik anak
menjadi sulit karena, sering sebagai orangtua kita tidak mendapat contoh yang
baik dari orangtua yang membesarkan kita dahulu. Saya masih teringat ketika usia
saya 4-5 tahun. Saya sering ditinggal oleh ayah dan juga sering melihat bagaimana
ayah dan ibu saya bertengkar. Pengalaman – pengalaman masa lalu tidak bisa hilang
begitu saja, sedikit banyak akan berpengaruh ketika saya sekarang sudah menjadi
seorang ayah. Saya merasa beruntung karena
saya disadarkan sebelum terlambat. Ketika saya mendapat kesempatan untuk belajar
s2 di bidang konseling, 3 orang konselor
senior bergantian membantu saya. Dan pengalaman
belajar dua tahun di sekolah konseling sangat membantu untuk saya bisa mengenali
diri secara benar. Pengenalan orangtua akan dirinya sendiri
sangat berpengaruh kepada cara dia membesarkan anaknya. Banyak anak terluka karena dia dibesarkan oleh
orangtua yang juga terluka. Karenaitu itu menurut saya, sebagai orangtua mari kita
kenali diri sendiri dengan benar. Sesungguhnya hal ini tidak hanya berdampak kepada
hubungan orangtua dan anak, tetapi juga antara suami dan istri. Sebagai orangtua
mari kita berdamai terlebih dahulu dengan diri sendiri sehingga kita bisa mudah
berdamai dengan pasangan dan juga anak-anak kita.
Bersambung…….
Langganan:
Postingan (Atom)
MEMBANGUN BANGUNAN ALLAH Ev. Hermanto Karokaro 1 Korintus 3:10-23 Dalam renungan sebelumnya kita telah belajar bahwa setiap orang p...
-
Markus 5:21-43 Oleh Ev. Hermanto Karokaro, MA Iman memang banyak sisinya, bahkan Firman Tuhan berkata, segala sesuatu yang kita l...
-
ANGIN RIBUT DIREDAKAN Oleh: Ev. Hermanto Karokaro, MA Markus 4:35-41 Pendahuluan Angin ribut diredakan merupakan sepenggal kis...
-
Oleh: Hermanto Karokaro, M.A & Kristina Perangiangin Pendahuluan: Manusia adalah mahluk pekerja, hal ini ditegaskan dalam Alkita...