Senin, 13 Oktober 2014

PERNIKAHAN DALAM PANDANGAN IMAN KRISTEN

Oleh: Ev. Hermanto Karokaro, MA



Pernikahan dalam pandangan iman  Kristen bukanlah sekedar keinginan manusia. Tetapi pernikahan  adalah sebuah kehendak Tuhan.  Dalam perjanjian Lama, Pernikahan merupakan lembaga pertama yang didirikan oleh Tuhan. Tuhanlah yang merancang pernikahan, Tuhanlah yang mempersatukan Adam dan Hawa sebagai satu keluarga. Mengutip pendapat John Stoot, “ Perkawinan bukanlah temuan manusia. Ajaran Kristen tentang topik ini diawali dengan penegasan penuh kegembiraan bahwa perkawinan adalah gagasan Allah, bukan gagasan manusia… Perkawinan sudah ditetapkan Allah pada masa sebelum manusia jatuh ke dalam dosa. Hal yang sama dalam Perjanjian Baru, Yesus dan Paulus memandang pernikahan adalah sebuah lembaga yang sangat penting. Ketika pernikahan di kota Kana Yesus melakukan mujizat pertama.  Mengutip Yohanes 2:4 “Kata Yesus kepadanya: "Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba. Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: "Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu! “. Yesus sempat berargumen bahwa waktunya belum tiba untuk menyatakan diri, tetapi demi menolong sebuah pernikahan yang sedang dalam masalah karena kekurangan anggur, maka Yesus melakukannya. Hal ini membuktikan bahwa Yesus menganggap pernikahan sesuatu yang sangat penting.

Pernikahan Kristen merupakan sebuah perjanjian (covenant). Perjanjian bukan sekedar janji antara manusia yang sering berubah. Janji dalam sebuah pernikahan melibatkan Allah, artinya suatu janji yang tidak bisa dibatalkan dan merupakan ikatan seumur hidup. Itu sebabnya dalam pernikahan Kristen sering  disebut trialog (pria – wanita dan Tuhan). Tuhan hadir  dan menjadi  kepala dalam pernikahan tersebut. Jika dalam keluarga, Allah dijadikan kepala maka Allah akan terus melakukan intervensi sehingga pasangan-pasangan yang menikah terus bertahan dalam satu keluarga yang utuh sekalipun dalam perjalanannya menghadapi banyak tantangan.  Tetapi sebaliknya jika Pernikahan hanya dipandang sebagai keinginan manusia semata maka ikatan pernikahan sangat rapuh dan mudah putus. Itulah yang terjadi pada banyak pernikahan zaman modern ini, terlebih pasangan para selebritis. Dulu waktu menikah ditanya mengapa menikah jawabnya sangat ilahi, atas kehendak Tuhan. Tetapi setelah menikah mengalami masalah lalu bercerai, kemudian ditanya mengapa bercerai jawabannya kembali sangat ilahi, sudah kehendak Tuhan. Benarkah atas kehendak Tuhan bercerai ? Tentu tidak. Atau mungkin pernikahan dipandang sebagai sebuah janji ilahi tetapi jika dalam perjalanan rumah tangga tidak melibatkan Tuhan maka dapat dipastikan pernikahan itu menjadi sesuatu yang hambar dan bukan tidak mungkin suatu saat akan kandas di tengah jalan.
Ketika Tuhan membangun sebuah keluarga tujuannya jelas, sebagaimana dicatat dalam kitab Kejadian 1:28 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." Tuhan ingin supaya dari keluarga-keluarga yang diberkati lahir keturunan-keturunan ilahi yang mempermuliakan Tuhan. Seperti yang dicatat dalam kitab Maleakhi 2:15 “Bukankah Allah yang Esa menjadikan mereka daging dan roh? Dan apakah yang dikehendaki kesatuan itu? Keturunan ilahi! Jadi jagalah dirimu! Dan janganlah orang tidak setia terhadap isterinya. “Allah Tritunggal pada awal penciptaan menyadari bahwa ada kemungkinan manusia akan jatuh ke dalam dosa. Itu sebabnya terjadi dialog, bagaimana seandainya manusia ciptaan Kita jatuh ke dalam dosa, padahal tujuan Kita menciptakan manusia supaya menyembah Kita. Maka dalam dialog itu sang Putera (Yesus ) disepakati akan turun ke dunia untuk menyelamatkan dan ditetapkan bahwa keluarga Yusuf dan Maria akan menjadi keluarga Yesus.

Banyak orang terjebak dengan pandangan umum tentang tujuan pernikahan. Sudah menjadi pendapat semua orang bahwa tujuan pernikahan adalah supaya hidup bahagia. Sehingga tidak jarang banyak orang akhirnya kecewa dengan pernikahannya karena ternyata dia tidak bahagia. Dan terjadinya banyak perceraian alasan utamanya adalah karena sudah tidak mendapat kebahagiaan lagi. Maka dari itu dimulai dari sini, bahwa tujuan pernikahan bukanlah untuk mendapat kebahagiaan. Tetapi kebahagiaan merupakan akibat dari pernikahan yang mengalami pertumbuhan. Jika masing-masing pasangan bertumbuh maka implikasinya adalah mereka akan mendapatkan kebahagiaan. Maka tujuan pernikahan bukanlah kebahagiaan tetapi pertumbuhan (grow)

Pernikahan Kristen dirancang Tuhan monogami. Ketika Tuhan melihat Adam sendirian, Tuhan menciptakan Hawa sebagai pasangan Adam yang berperan sebagai penolong. Tuhan tidak menciptakan Hawa-hawa, tetapi hanya menciptakan satu Hawa. Maka dari itu pernikahan Kristen harus monogami. Memang dalam Perjanjian Lama banyak ditemukan terjadi praktek poligami, tetapi sesungguhnya itu bukanlah rancangan Tuhan. Dalam perjanjian Baru baik Yesus maupun Paulus sangat menekankan bahwa pernikahan yang dianjurkan adalah monogami. Mengutip tulisan Paulus I Korintus 7:2 “tetapi mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap laki-laki mempunyai isterinya sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya sendiri.” Dengan kata lain perkawinan yang melibatkan wanita/pria lebih dari satu adalah percabulan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MEMBANGUN BANGUNAN ALLAH Ev. Hermanto Karokaro 1 Korintus 3:10-23 Dalam renungan sebelumnya kita telah belajar bahwa setiap orang p...