Oleh: Ev.
Hermanto Karokaro, MA
Pernikahan dalam pandangan iman Kristen bukanlah sekedar keinginan manusia.
Tetapi pernikahan adalah sebuah kehendak
Tuhan. Dalam perjanjian Lama, Pernikahan
merupakan lembaga pertama yang didirikan oleh Tuhan. Tuhanlah yang merancang
pernikahan, Tuhanlah yang mempersatukan Adam dan Hawa sebagai satu keluarga.
Mengutip pendapat John Stoot, “
Perkawinan bukanlah temuan manusia. Ajaran Kristen tentang topik ini diawali
dengan penegasan penuh kegembiraan bahwa perkawinan adalah gagasan Allah, bukan
gagasan manusia… Perkawinan sudah ditetapkan Allah pada masa sebelum
manusia jatuh ke dalam dosa. Hal yang sama dalam Perjanjian Baru, Yesus dan
Paulus memandang pernikahan adalah sebuah lembaga yang sangat penting. Ketika
pernikahan di kota Kana Yesus melakukan mujizat pertama. Mengutip Yohanes
2:4 “Kata Yesus kepadanya: "Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku
belum tiba. Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: "Apa yang
dikatakan kepadamu, buatlah itu! “. Yesus sempat berargumen bahwa waktunya
belum tiba untuk menyatakan diri, tetapi demi menolong sebuah pernikahan yang
sedang dalam masalah karena kekurangan anggur, maka Yesus melakukannya. Hal ini
membuktikan bahwa Yesus menganggap pernikahan sesuatu yang sangat penting.
Pernikahan Kristen merupakan
sebuah perjanjian (covenant).
Perjanjian bukan sekedar janji antara manusia yang sering berubah. Janji dalam
sebuah pernikahan melibatkan Allah, artinya suatu janji yang tidak bisa dibatalkan
dan merupakan ikatan seumur hidup. Itu sebabnya dalam pernikahan Kristen sering disebut trialog (pria – wanita dan Tuhan). Tuhan
hadir dan menjadi kepala dalam pernikahan tersebut. Jika dalam
keluarga, Allah dijadikan kepala maka Allah akan terus melakukan intervensi
sehingga pasangan-pasangan yang menikah terus bertahan dalam satu keluarga yang
utuh sekalipun dalam perjalanannya menghadapi banyak tantangan. Tetapi sebaliknya jika Pernikahan hanya
dipandang sebagai keinginan manusia semata maka ikatan pernikahan sangat rapuh
dan mudah putus. Itulah yang terjadi pada banyak pernikahan zaman modern ini,
terlebih pasangan para selebritis. Dulu waktu menikah ditanya mengapa menikah
jawabnya sangat ilahi, atas kehendak Tuhan. Tetapi setelah menikah mengalami
masalah lalu bercerai, kemudian ditanya mengapa bercerai jawabannya kembali
sangat ilahi, sudah kehendak Tuhan. Benarkah atas kehendak Tuhan bercerai ?
Tentu tidak. Atau mungkin pernikahan dipandang sebagai sebuah janji ilahi
tetapi jika dalam perjalanan rumah tangga tidak melibatkan Tuhan maka dapat
dipastikan pernikahan itu menjadi sesuatu yang hambar dan bukan tidak mungkin
suatu saat akan kandas di tengah jalan.
Ketika Tuhan membangun sebuah
keluarga tujuannya jelas, sebagaimana dicatat dalam kitab Kejadian 1:28 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada
mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan
taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara
dan atas segala binatang yang merayap di bumi." Tuhan ingin supaya
dari keluarga-keluarga yang diberkati lahir keturunan-keturunan ilahi yang
mempermuliakan Tuhan. Seperti yang dicatat dalam kitab Maleakhi 2:15 “Bukankah
Allah yang Esa menjadikan mereka daging dan roh? Dan apakah yang dikehendaki kesatuan
itu? Keturunan ilahi! Jadi jagalah dirimu! Dan janganlah orang tidak setia
terhadap isterinya. “Allah Tritunggal pada awal penciptaan menyadari bahwa ada
kemungkinan manusia akan jatuh ke dalam dosa. Itu sebabnya terjadi dialog,
bagaimana seandainya manusia ciptaan Kita jatuh ke dalam dosa, padahal tujuan Kita
menciptakan manusia supaya menyembah Kita. Maka dalam dialog itu sang Putera
(Yesus ) disepakati akan turun ke dunia untuk menyelamatkan dan ditetapkan
bahwa keluarga Yusuf dan Maria akan menjadi keluarga Yesus.
Banyak orang terjebak dengan
pandangan umum tentang tujuan pernikahan. Sudah menjadi pendapat semua orang
bahwa tujuan pernikahan adalah supaya hidup bahagia. Sehingga tidak jarang
banyak orang akhirnya kecewa dengan pernikahannya karena ternyata dia tidak
bahagia. Dan terjadinya banyak perceraian alasan utamanya adalah karena sudah
tidak mendapat kebahagiaan lagi. Maka dari itu dimulai dari sini, bahwa tujuan
pernikahan bukanlah untuk mendapat kebahagiaan. Tetapi kebahagiaan merupakan akibat
dari pernikahan yang mengalami pertumbuhan. Jika masing-masing pasangan
bertumbuh maka implikasinya adalah mereka akan mendapatkan kebahagiaan. Maka
tujuan pernikahan bukanlah kebahagiaan tetapi pertumbuhan (grow)
Pernikahan Kristen dirancang
Tuhan monogami. Ketika Tuhan melihat Adam sendirian, Tuhan menciptakan Hawa
sebagai pasangan Adam yang berperan sebagai penolong. Tuhan tidak menciptakan
Hawa-hawa, tetapi hanya menciptakan satu Hawa. Maka dari itu pernikahan Kristen
harus monogami. Memang dalam
Perjanjian Lama banyak ditemukan terjadi praktek poligami, tetapi sesungguhnya
itu bukanlah rancangan Tuhan. Dalam perjanjian Baru baik Yesus maupun Paulus
sangat menekankan bahwa pernikahan yang dianjurkan adalah monogami. Mengutip
tulisan Paulus I Korintus 7:2 “tetapi mengingat bahaya percabulan, baiklah
setiap laki-laki mempunyai isterinya sendiri dan setiap perempuan mempunyai
suaminya sendiri.” Dengan kata lain perkawinan yang melibatkan wanita/pria
lebih dari satu adalah percabulan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar