Rabu, 01 Juni 2011

SIAPAKAH JODOHKU ???


Apakah jodoh itu ditentukan Tuhan atau atas pilihan sendiri ? Pertanyaan ini menghasilkan jawaban yang beragam. Sebagian mungkin berkata bahwa jodoh itu ditentukan oleh Tuhan, bukankah ada istilah jodoh ditangan Tuhan. Tetapi sebagian lagi berpendapat  bahwa jodoh itu atas pilihan sendiri, bahkan ada istilah yang agak lucu kedengarannya, jodoh ditangan pak hansip.  Untuk menjawab pertanyaan diatas  saya mengutip tulisan  Dr. Mesach Krisetya.
“Sebagai orang Kristen yang telah lahir baru pertanyaan demikian itu pasti sudah tidak bisa dipertanggung jawabkan lagi. Karena sebagai orang Kristen yang benar, agama itu bukan lagi ritus agama atau organisasi agama yang condong untuk memecah belah persatuan, sebagai orang Kristen yang benar, agama itu adalah”gaya hidup”. Dengan demikian tidak adalagi pemisahan antara hidup menurut suara hati atau hidup menurut Tuhan.  Semua aspek kehidupan telah dilebur menjadi satu, tidak ada “double standard” atau “standard ganda” dalam kehidupan Kristen yang benar[1]
Kutipan diatas ingin menegaskan bahwa bagi yang sudah lahir baru tidak ada pemisahan antara suara Tuhan dan suara hati. Dan itu berarti jika seseorang sudah memutuskan untuk menikah sudah  siap dengan segala  tantangan yang akan muncul, artinya Tuhan tidak lagi menjadi sasaran yang dipersalahkan kemudian.  Pemahaman seperti ini harus ditanamkan kepada pasangan-pasangan yang akan menikah, sehingga mereka betul-betul bertanggung jawab atas pilihannya. Setelah mamahami jodoh ditangan siapa ? Selanjutnya pasangan yang akan menikah  diarahkan untuk memantapkan pilihannya dengan  memperhatikan langkah-langkah berikut: 
Pertama, Pilihlah pasangan yang memang anda (bukan kata orang)  tertarik secara fisik.  Hal ini penting sebab kondisi fisik memang  sangat berperan dalam membangun kebahagiaan pernikahan. Jika diawal saja anda sudah tidak tertarik secara fisik maka bisa dibayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Memang, ada pendapat bahwa cinta itu akan tumbuh seiring dengan waktu,  tetapi itu sifatnya kasus tidak bisa dijadikan acuan umum. Mungkin ada yang bertanya, aku sih tertarik kepadanya tetapi dia tidak tertarik dengan aku. Atau ada juga yang berkata, dia tertarik padaku tetapi aku tidak tertarik padanya. Maka jawabannya adalah sederhana, berarti dia bukanlah jodoh anda. Karena Tuhan tidak pernah memaksakan kehendak-Nya, apa lagi untuk pasangan hidup anda.
Kedua, Setelah anda sama-sama tertarik secara fisik, selanjutnya anda harus  masuk ke pribadinya. Artinya anda perlu mengenal lebih dalam  tentang minatnya apa, daya juangnya dalam menghadapi tantangan hidup bagaimana, ambisi atau sasaran hidupnya apa. Pengenalan akan pribadi ini tidak boleh diabaikan. Bahkan bila perlu sangat dianjurkan mengikuti satu tes dalam Psikologi yang sering disebut MPPI. Tujuan utama tes ini adalah untuk mengenal kepribadian kita maupun calon pasangan kita secara psikologis. Sangat baik jika masing-masing pasangan bisa memaparkan pohon keluarganya. Hal ini pun sangat penting untuk saling mengenal masing-masing keluarga baik kelebihan dan kekurangannya.
 Ketiga, Setelah anda mengenal lebih dalam tentang kepribadiannya maka yang   sangat penting selanjutnya diperhatikan adalah  tentang keyakinan. Saya menempatkan keyakinan pada urutan ke tiga bukan menunjukkan urutan prioritas. Keyakinan justru hal yang paling prinsip dalam memilih pasangan hidup. Jangan pernah menikah dengan orang yang berbeda keyakinan. Selain bertentangan dengan ajaran agama, pernikahan yang berbeda keyakinan adalah sumber masalah dan akan menjadi masalah selama pernikahan berlangsung. Mungkin ada yang berkata, kenyataannya ada yang menikah walaupun beda keyakinan. Kembali hal tersebut adalah kasus. Saya pernah mendengar kesaksian langsung dari seorang ibu (artis kristen) menikah dengan pria yang beda keyakinan. Inti dari kesaksiannya adalah menderita.  
Masih mengutip dari  bukunya  Dr. Mesach Krisetya  sbb:  Jangan pernah menikah karena anda merasa kasihan kepada seseorang, jangan menikah karena anda melarikan diri orang tua, jangan menikah karena anda bosan sendiri, jangan menikah karena anda ingin diperhatikan, jangan menikah karena semua orang menikah, jangan menikah kalau anda takut dengan masalah seks, jangan menikah karena anda terlanjur  hamil atau menghamili, jangan menikah kalau anda masih ada keraguan. Melainkan menikahlah jika anda  bisa membuat keputusan, jika sudah bisa menerima keputusan yang bertentangan dengan anda, jika anda sudah mandiri/tidak bergantung orang kepada orang tua, jika anda sudah memiliki pekerjaan, jika anda bisa mengatur keuangan, jika anda menghendaki untuk hidup bersama dengan orang tertentu melebihi semua hal. [2]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MEMBANGUN BANGUNAN ALLAH Ev. Hermanto Karokaro 1 Korintus 3:10-23 Dalam renungan sebelumnya kita telah belajar bahwa setiap orang p...