Senin, 07 Juli 2014

SAYA BUKANLAH AYAH YANG SEMPURNA

Oleh: Ev. Hermanto Karokaro, MA



Saya bukanlah seorang ayah yang sempurna, walau demikian ada kerinduan  dihati  agar kelak anak yang Tuhan percayakan dapat bertumbuh menjadi pribadi  yang  Mengasihi Tuhan dan menjadi berkat bagi sesamanya. Tulisan ini saya publikasikan bukan dalam rangka  menggurui rekan-rekan sesama orang tua, hanya sekedar berbagi pengalaman dan sedikit ilmu yang saya pelajari. Semoga bermanfaat.

Berawal dari sebuah kesadaran atas apa yang Tuhan katakan tentang anak. Tuhan menganggab anak adalah sesuatu yang sangat penting. Dalam Alkitab ditemukan 3.598 ayat yang berbicara tentang anak,   1.387 ayat tentang Ibu, dan  674 ayat yang berbicara tentang Ayah. Alkitab berkata bahwa anak adalah anugerah Tuhan, sebagaimana di tulis dalam Mazmur 127:3 Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN (alkitab TB). Psalm127:3 Lo, children are an heritage of the LORD: and the fruit of the womb is his reward (alkitab. Kjv).  Mazmur127:3  Situhuna, Tuhan kap simereken anak-anak e, pasu-pasu i bas TUHAN narikapia (alkitabKaro ed.3). Ayat ini menyadarkan saya bahwa anak yang ada dalam keluarga saya adalah milik Tuhan dan merupakan berkat Tuhan. Jika anak adalah milik Tuhan,  maka sesungguhnya saya sebagai orang tua tidak bisa semena-mena, artinya saya harus bertanggung jawab dan wajib memberikan yang terbaik untuk anak yang Tuhan telah berikan.

Pada dasarnya setiap orangtua jauh didalam dasar hatinya sangatlah menyayangi anaknya. Setiap orangtua yang normal tentu ingin yang terbaik bagi anak-anaknya, tetapi sering sekali gagal mewujudkannya atau salah dalam melakukannya. Akhirnya anak –anak bukan merasa disayang bahkan sebaliknya. Dan akhirnya muncullah anak-anak yang lari dari rumah, terjerat dalam pergaulan yang tidak sehat. Dan ujungnya anak bukan lagi mahktoa bagi orangtua tetapi menjadi aib yang memalukan keluarga,  jika sudah demikian banyak orang tua hanya menyalahkan anak, lingkungan, dll.


Mendidik anak memang bukan perkara yang mudah, ibarat musik  dibutuhkan nada, chord, rytme,  yang harmoni sehingga lagu yang dinyanyikan menjadi symphoni yang enak dinikmati.  Mendidik anak menjadi sulit karena, sering sebagai orangtua kita tidak mendapat contoh yang baik dari orangtua yang membesarkan kita dahulu. Saya masih teringat ketika usia saya 4-5 tahun. Saya sering ditinggal oleh ayah dan juga sering melihat bagaimana ayah dan ibu saya bertengkar. Pengalaman – pengalaman masa lalu tidak bisa hilang begitu saja, sedikit banyak akan berpengaruh ketika saya sekarang sudah menjadi seorang ayah.  Saya merasa beruntung karena saya disadarkan sebelum terlambat. Ketika saya mendapat kesempatan untuk belajar s2 di bidang konseling,  3 orang konselor senior  bergantian membantu saya. Dan pengalaman belajar dua tahun di sekolah konseling sangat membantu untuk saya bisa mengenali diri secara benar. Pengenalan orangtua akan dirinya sendiri sangat berpengaruh kepada cara dia membesarkan anaknya.  Banyak anak terluka karena dia dibesarkan oleh orangtua yang juga terluka. Karenaitu itu menurut saya, sebagai orangtua mari kita kenali diri sendiri dengan benar. Sesungguhnya hal ini tidak hanya berdampak kepada hubungan orangtua dan anak, tetapi juga antara suami dan istri. Sebagai orangtua mari kita berdamai terlebih dahulu dengan diri sendiri sehingga kita bisa mudah berdamai dengan pasangan dan juga anak-anak kita.

Bersambung…….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MEMBANGUN BANGUNAN ALLAH Ev. Hermanto Karokaro 1 Korintus 3:10-23 Dalam renungan sebelumnya kita telah belajar bahwa setiap orang p...