Senin, 30 Desember 2013

Prioritaskan Yesus Diatas Segalanya

Oleh: Kristina Perangin-angin


Ketika setiap kegerakan atau tindakan diawali dengan doa, maka segalanya akan terasa sangat mudah untuk dijalani. Tuhan tidak pernah berjanji untuk membebaskan kita dari setiap masalah & cobaan hidup ketika kita memilih untuk mengandalkan Dia diatas segalanya dan melakukan setiap kehendak-Nya. Namun Dia selalu berjanji bahwa semua indah pada waktu-Nya asal kita tetap percaya & memprioritaskan Dia diatas segala aspek kehidupan.
Seperti halnya beberapa nasabah di bank, tidak jarang pihak bank bertemu dengan nasabah prioritas yang selalu diutamakan dan diberi pelayanan yang jauh lebih baik dan sangat spesial dibandingkan dengan pelayanan yang diberikan ke nasabah non-prioritas. Hal itu terjadi karena nasabah tersebut memilki dampak dan pengaruh yang sangat besar terhadap bank, yaitu karena besarnya jumlah dana yg didepositokan oleh nasabah prioritas di bank yang bersangkutan. Pelayanan spesial diberikan pada nasabah prioritas karena sebelumnya nasabah itu sudah bersedia untuk mempercayakan harta (uangnya) yang sangat berharga pada bank tersebut.
Seharusnya seperti itulah Yesus bagi kita. Kasih dan penebusan-Nya yang sangat besar, sangat mahal dan tidak dapat dinilai dengan apapun sungguh sangat memberikan dampak dan pengaruh yang teramat besar dalam hidup kita. Dengan darah-Nya yang sangat mahal bahkan Ia rela mengorbankan nyawa-Nya untuk menebus dan menggantikan hidup kita. Hidup kita diangkat dari manusia lama menjadi manusia baru dan semua sudah dibayar lunas sehingga kehidupan kita saat ini menjadi berbeda dengan kehidupan kita sebelumnya.

Sudah sewajarnya Yesus mendapatkan tempat yang paling istimewa dan spesial dalam hidup kita, bahkan setiap kegerakan atau tindakan yang akan kita lakukan, diawali dengan doa dan tindakan tersebut harus merupakan kehendak Tuhan yang Dia percayakan kepada kita untuk dilakukan. Prioritaskan Yesus diatas segalanya & lakukan kehendak-Nya, karena Dia telah lebih dulu mengorbankan harta yang paling berharga yaitu nyawa-Nya untuk menebus kita.

Rabu, 18 Desember 2013

GOD IS LOVE

Oleh: Ev. Hermanto Karokaro, MA.
Yohanes 3:16

Banyak agama di dunia, paling tidak sampai tahun 2013  sudah tercatat 27 Agama, Mulai dari Kristen, Islam, budha, Hindu, Bahai, kong hucu, Zoroaster, dll.  Semua agama mengajarkan hal-hal yang baik, namun apa yang paling mendasar perbedaan antara iman Kristen dengan iman agama-agma lain adalah tentang “KASIH”.  Jika saja Kasih diambil dari iman Kristen, maka agama Kristen hanya akan menjadi sekumpulan doktrin-doktrin yang kering dan membosankan.  Kasih adalah nyawa, pusat, dasar dari seluruh ajaran iman Kristen.

Sifat Dasar Allah Adalah Kasih
Rasul Yohanes, menulis dalam kitabnya Yohanes 3:16.  Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.  Masih menurut kitab Yohanes   4:8 Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih. Segala sesuatu yang Allah lakukan digerakkan oleh kasih. Ketika Dia menciptakan dunia - Dia ciptakan dengan Kasih, dan ketika Dia menciptakan manusia Dia ciptakan dengan kasih.  Kasih Allah tidak pernah berkurang atau dikurangi. Mungkin ketika semua berjalan dengan baik sesuai dengan yang kita inginkan, maka menyebutkan Allah itu kasih adalah mudah. Tetapi jika keadaannya buruk, sakit nggak sembuh-sembuh, rumah tangga penuh masalah, keungan sulit, dll. Maka mengatakan Allah itu kasih menjadi sulit. Namun kebenaranya adalah, Allah tidak membutuhkan persetujuan dari kita tentang statusnya atau eksistensinya. Dia tetap menjadi Allah yang Kasih  yang tidak pernah berubah dahulu sekarang dan selamanya. Kecendrungan manusia mamahami Kasih Allah hanya pada batas-batas tertentu. Kasih Allah dinilai dari berkat-berkat, muzijat-mujizat yang pada intinya hanya untuk kenyamanan hidup manusia. Saya teringat dengan seorang anak Tuhan berkata, saya tidak akan kegereja jika hasil panen saya tidak berhasil. Atau seorang pemudi berkata, kalau tahun ini Tuhan belum kirim jodoh, jangan salahkan saya jika saya akan menerima lamaran si Muhammad itu. Mungkin agak lucu kelihatannya pernyataan seperti itu, tetapi mungkin masih banyak orang Kristen hari ini kurang menyadari bahwa Allah itu adalah Kasih yang tidak pernah berubah.

Kasih Allah Tidak Bisa Dibatalkan
Saya teringat waktu masih kuliah theologi dahulu, ada seseorang yang berjanji akan mendukung saya secara financial. Sebagai mahasiswa Theologi dan tinggal di asarama yang serba minim, tentu sangat senang dengan janji tersebut. Namun kenyataannya dia berubah, bahkan hingga selesai kuliah tidak pernah sekalipun memberikan apa yang dia janjikan.  Tuhan tidaklah demikian, sekali Tuhan sudah menyatakan kasih-Nya maka Dia tidak pernah membatalkannya bahkan  siapa pun tidak bisa membatalkannya.  Rasul Paulus menuliskan hal ini dalam surat Roma 8:35 “ Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?   Roma 8:39  atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. Calvin berkata  kita dipilih untuk dikasihi tidak memerlukan syarat dan pada saat yang  sama kita tidak bisa menolak.

Allah Membuktikan Kasih-Nya
Si butet protes kepada si ucok (pacarnya). Berkata, Bang katanya Kau cinta sama aku, tapi sms pun nggak pernah, apa lagi telepon. Lalu si ucok berkata, maaf dek aku nggak punya pulsa. Dari cerita yang agak lebay ini  ingin menjelaskan bahwa cinta itu butuh bukti, tidak cukup hanya sekedar kata-kata. Allah membuktikan Kasih-Nya dengan rela turun dari posisi sebagai Allah yang mulai dan tak terbatas menjadi manusia yang terbatas bahkan seolah manusia yang hina. Penurun dari Allah jadi manusia bukanlah hal yang mudah. Umunya manusia mau naik tapi kalau sudah naik lupa turun, bahkan nggak mau turun. Saudara bisa bayangkan jika sudah terbiasa hidup enak, tinggal di rumah ber ac, mau makan tinggal pergi ke meja makan, mau tidur tersedia kasur yang empuk, dll. Kemudian saudara harus tinggal di dusun, nggak ada listrik, nggak ada kasur, AC. Dll.  Namun Allah melakukan itu karena kasih-Nya.  Selanjutnya  Allah membuktikan kasih-Nya dengan Yesus mau mati di kayu salib.  Kasih bukanlah kasih sampai kasih itu dilakukan.

Selamat NATAL  2013.

TUHAN MENGASIHI KITA, MARI KITA MENGASIHI SESAMA

Selasa, 17 Desember 2013

IMAN YANG MENGALAHKAN DUNIA


Oleh: Kristina Perangin Angin
1 Yohanes 5:4



Secara pribadi, setiap kita pasti memiliki masalah dan berbagai tantangan yang harus kita lalui dalam menjalani hidup. Namun dibalik setiap masalah dan tantangan yang ada, Tuhan selalu ingatkan dalam firman-Nya supaya kita tetap berjalan didalam Tuhan dan selalu menjadikan Dia sebagai prioritas utama dalam hidup kita. Hanya diperlukan iman sebesar biji sesawi saja, maka segala hal yg kita anggap mustahil tetapi menjadi mungkin dihadapan Tuhan (Markus 11:23). Karena dalam firman-Nya, Tuhan telah  katakan bahwa apa saja yang kita minta dan doakan, percayalah bahwa kita telah menerimanya  maka hal itu akan diberikan kepada kita (Markus 11:24). Tugas kita hanya beriman dan bertindak, 


Kita tidak perlu memikirkan bagaimana caranya Tuhan bisa  menjadikan segala hal yang kita anggap mustahil menjadi mungkin. Karena Tuhan selalu punya  cara dan Dia tidak pernah kehabisan akal untuk memenuhi segala janji-Nya. Tapi perlu kita  ingat, semua itu harus sesuai dengan apa yang Tuhan kehendaki, sesuai dengan waktu dan cara  Tuhan dan bukan menurut kehendak kita secara pribadi (Pengkhotbah 3:11). Karena kita semua tau,  rancangan-Nya jauh lebih indah dari segala rancangan kita dan Dia lebih dulu tau segala yang  terbaik buat hidup kita, bahkan Dia selalu tau saat yang tepat untuk menjawab semua doa kita.

  
Ketika kita terus berjalan didalam Tuhan dan terus melakukan tindakan iman, semakin hari akan semakin Tuhan bukakan segala jalan-Nya dan semakin peka kita mendengar suara Tuhan. Semakin nama Tuhan di permuliakan atas hidup kita, Dia akan semakin mengangkat kita menjadi kepala dan bukan ekor, kita akan tetap naik dan bukan turun (Ulangan 28:13). Teruslah berjalan sesuai firman-Nya dan tetap menjadi pribadi yang berdampak bagi sekitar kita.

Tuhan Yesus Memberkati.


Kamis, 31 Oktober 2013

JABATAN BUKAN KEKUASAAN

JABATAN  bukan KEKUASAAN
Oleh : Ev. Hermanto Karokaro, MA

Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu.
Matius 2:16


Apa yang ada dalam bayangan kita, ketika melihat seorang bayi yang masih lemah dibantai secara brutal oleh orang orang yang tidak bertanggung jawab. Sedih, takut, dan marah  adalah sikap yang mungkin mucul dari diri kita.  Kejadian seperti ini bukanlah hayalan belaka tetapi pernah terjadi sekitar 2000 tahun lalu  pada masa awal kelahiran Yesus di tanah palestina, tepatnya di kota Bethlehem dan sekitarnya.  Pembunuhan bayi secara besar-besaran dilakukan oleh tentara-tentara Romawi atas suruhan raja Herodes.  Raja Herodes menjadi marah karena merasa di bohongi oleh orang-orang majus.  Tetapi sesungguhnya bila ditelusuri lebih dalam, raja Herodes menjadi marah dan bersikap brutal karena merasa terancam dengan posisinya sebagai raja yang berkuasa atas kelahiran Yesus sebagai Mesias (yang diurapi).  Atas nama harga diri dan kekuasaan raja Herodes menjadi sangat brutal dan hati nuraninya menjadi padam.

Raja Herodes memang sudah berlau 2000 tahun yang lalu. Tetapi bila kita melihat ke kehidupan masa kini, semangat raja Herodes itu ternyata masih ada. Banyak pemimpin-pemimpin secara sadar atau tidak mengulangi  perbuatan raja Herodes walaupun mungkin dalam bentuk yang berbeda. Tidak jarang demi kekuasaan orang rela melakukan apa saja, bahkan sekalipun harus menghilangkan nyawa orang lain. Terkadang saya tertawa sendiri melihat perilaku-prilaku pemburu kekuasaan yang saling berjuang dipertontonkan oleh media. Dahulu mereka berteman bahkan sangat kompak ibarat surat dan  perangko, tetapi hari ini demi kekuasaan mereka saling menyerang ibarat kucing dan anjing.


Jika seseorang memandang  jabatan hanya  sebagai alat untuk menguasai, maka tidak heran perilakunya akan menjadi liar dan merugikan banyak orang. Situasi organisasi atau Negara yang dia pimpin akan kacau dan sangat mudah terpecah. Sangat disayangkan, jika kasus seperti ini juga terjadi dalam lingkup lembaga atau atau organisasi Kristen.  Karena sesungguhnya Yesus sangat tegas dan lugas menjelaskan arti seorang pemipin memandang jabatan.  Jabatan harus dipandang sebagai sebuah tanggung jawab untuk kepentingan dan kebaikan orang banyak. Bukan alat untuk memuaskan diri sendiri atau kelompok. 

Rabu, 30 Oktober 2013

ANGIN RIBUT DIREDAKAN

ANGIN  RIBUT DIREDAKAN
Oleh: Ev. Hermanto Karokaro, MA

Markus 4:35-41

Pendahuluan
Angin ribut diredakan merupakan sepenggal kisah pelayanan Tuhan Yesus bersama dengan murid-murid. Kisah ini dapat kita baca dalam ketiga kitab Injil, Matius, Markus dan Lukas.  Peristiwa ini terjadi menjelang sore di Danau Galilea ketika Tuhan Yesus dan murid-murid hendak menyeberang ke daerah Gerasa. Dan terjadi sekitar 2000 tahun yang lalu. Walau demikian jika dipelajari  masih sangat relevan dengan konteks sekarang.  Ada beberapa point penting yang sangat memberkati saya secara pribadi ketika membaca dan merunungkan kisah ini. Dengan segala keterbatasan pengetahuan dan bahasa yang  saya miliki, saya mencoba menuliskannya  kepada semua sahabat anak-anak Tuhan dengan harapan semoga menjadi berkat.

Point 1.  
Orang Percaya Yang Setia Tidak Bebas dari Persoalan Hidup
Ayat 37  Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air.
Jika boleh memilih maka tidak ada yang mau hidup menderita. Sudah menjadi sifat manusia  selalu menginginkan yang mudah  nyaman dan enak. Seorang psikolog  sigmound frued mengatakan bahwa tujuan hidup manusia itu adalah mengejar kenikmatan. Pemikiran seperti ini  secara sadar atau tidak sudah mempengaruhi  keimanan Kristen.  Teologi kemakmuran misalnya,  menjajikan bahwa orang percaya akan diberkati dan bebas dari penderitaan. Kuasa Tuhan diekplorasi hanya untuk kepentingan dan kenyamanan hidup.  Apa yang terjadi di danau Galilea seperti kutipan ayat  37.  merupakan sebuah fakta bahwa orang yang berjalan bersama Tuhan Yesus juga dizinkan mengalami badai.  Murid-murid sudah menyerahkan hidupnya kepada Tuhan Yesus, meninggalkan pekerjaan bahkan keluarga demi mengiring Yesus. Dan peristiwa badai yang sangat dahsyat itu terjadi saat mereka sedang bersama Tuhan Yesus dan hendak melanjutkan pelayanan.  Belajar dari kisah murid-murid di danau Galilea dapat sebuah pelajaran bahwa, orang percaya yang setia mengiring Tuhan juga bisa mengalami masalah dalam kehidupannya. Masalah tidak selalu karena dosa atau kutuk, tetapi atas izin Tuhan demi kebaikan.

Point 2.
Singkirkan Khawatir - Takut dengan Iman Percaya.
Ayat 4:38 Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?"
Murid-murid menjadi khawatir dan takut ketika badai datang adalah wajar, apa lagi badai yang datang saat itu sangat dahsyat sebagaimana di tulis dalam ayat 37. Namun akibat khawatir dan takut,   sikap dan cara pandang mereka terhadap Tuhan Yesus  menjadi tidak wajar. Murid-murid menuduh bahwa Tuhan Yesus tidak peduli dengan mereka. Pertanyaan-nya, benarkah Tuhan Yesus tidak peduli dengan murid-murid ? tentu tidak. Sejak masih di pantai Yesus sudah tahu bahwa akan ada badai di tengah danau dan Tuhan Yesus sudah tahu bahwa badai itu tidak akan mencelakakan murid-murid. Sepertinya Tuhan Yesus ingin mengajar murid-murid bagaiamana  hubunga antara khawatir/takut dengan iman.  Sebasar apa pun badai  persoalan yang sedang menimpa hidup kita. Selama kita memiliki iman maka maka khawatir dan takut akan menyingkir. Namun sebaliknya, walaupun badainya kecil tetapi iman kita tidak ada, maka khawatir/ takut akan menguasai kita. Karena itu jangan izinkan masalah atau persoalan hidup menghasilkan rasa khawatir / takut menguasai kita. Tetapi jika masalah hidup datang bangkitkan iman  sehingga hidup kita menjadi lebih tenang dan kuat. Sebagaimana yang dialami Rasul Paulus walau dalam penjara dan sedang menunggu eksekusi mati namun Rasul Paulus tetap tenang bahkan bersuka cita.

Point 3
Ayat 4:39 Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali

Jika Tuhan yang bertindak maka semua akan menjadi mungkin. Ayat sebelumnya dikatakan bahwa badai itu sangat dahsyat, tetapi kontras sekali dengan yang terjadi kemudian dalam ayat 39 bagian akhir, danau itu menjadi teduh sekali. Percayalah bahwa dalam Tuhan semua masalah kita pasti ada jalan keluarnya. Mungkin dokter sudah angkat tangan terhadap penyakit yang sedang kita hadapi. Atau ada yang berkata  rumah tangga saya nggak mungkin bisa dipulihkan. Usaha saya nggak mungkin bangkit. Belajar dari kisah Danau Galilea, bahwa dalam Tuhan Yesus segala sesuatu masih mungkin terjadi.

Akhirnya..,
sebagai orang percaya jangan alergi dengan masalah dan jangan cepat menghakimi orang lain karena mereka sedang dalam masalah. Sebaliknya hadapilah masalah, tetapi jangan dengan kekuatan sendiri melainkan dengan kesadaran penuh bawha Tuhan Yesus  ada bersama kit. Dan percayalah Dia sanggup meneduhkan segala badai dalam hidup kita, bahkan memberi kelegaan sekalipun badai itu belum berlalu.

Amin


Kamis, 16 Mei 2013

SURAT IZIN MENIKAH




Ev. Hermanto Karokaro, M.A


Menikah itu  Ibarat  memasuki sebuah kenderaan kehidupan yang di dalamnya ada suami – istri dan kelak anak-anak pemberian Tuhan. Bisa dibayangkan jika si suami dan istri sudah berada dalam kenderaan kehidupan mereka, sementara  mereka  tidak tahu bagaimana menjalankan kendereaan tersebut. Mungkin kenderaan itu akan diam saja lama kelamaan mereka akan mulai jenuh dan akhirnya  keluar dari kenderaan tersebut sambil berkata  hubungan kita sampai disini saja. Atau kenderaan itu mungkin berjalan tetapi  jalannya tidak normal, menabrak  yang akhirnya melukai diri sendiri juga orang lain. Menikah itu butuh persiapan.  Memang tidak ada jaminan bahwa orang yang mempersiapkan pernikahannya  dengan baik, setelah menikah tidak mengalami masalah.  Namun menurut sebuah penelitian. Pasangan yang mempersiapkan pernikahannya dengan baik lebih  tahan terhadap goncangan dan lebih bahagia. Apa sajakah yang perlu dipersiapkan  ?  Saya membaginya dalam tiga aspek:

Pertama: Aspek Teologis
Menikah itu bukan sekeder keinginan manusia semata. Menikah atau pernikahan adalah ide atau rancangan Tuhan.  Tuhan ingin  anak manusia itu bahagia dalam pernikahan mereka. Bahagia tidaknya sebuah pernikahan sangat terkait dengan keterilbatan Tuhan dalam pernikahan tersebut. Maka dari itu pastikan bahwa Tuhan terlibat dalam pernikahan yang kita bangun.  Tanda awal seseorang melibatkan Tuhan dalam pernikahannya adalah mereka menikah dengan orang yang seiman. Firman Tuhan sangat jelas bicara tentang hal ini, gelab dan terang tidak mungkin dipersatukan.  Banyak orang melanggar ketentuan ini dan atas nama cinta mereka tetap menikah walau berbeda keyakinan. Pada akhirnya kandas dan berujung pada perceraian. Atau mungkin belum bercerai namun hari-hari yang dijalani sangat membebani hati. Maka dari itu  menikahlah dengan orang yang seiman. Bahkan kalau dapat menikahlah dengan orang yang takut akan Tuhan.


Kedua: Aspek Psikologis
Menikah itu adalah menyatukan dua hal yang berbeda. Laki-laki itu berbeda dengan wanita. Masing masing diciptkan Tuhan dengan keunikannya.  Banyak orang menikah  tanpa saling mengenal satu dengan yang lain sehingga banyak konflik. Sebelum memutuskan menikah  kenalilah si dia dengan benar berkaitan dengan perasaannya, tempramennya, kelebihan dan keburukannya. Semakin kita mengenal calon pasangan kita akan semakin baik. Mungkin ada yang berpikir, jika dalam tahap pacaran kita terbuka mungkin pasangan kita itu tidak bisa terima dan akhirnya tidak jadi menikah. Memang hal itu bisa terjadi, tetapi bukankah itu lebih baik. Karena kalau sudah menikah baru ketahuan belangnya akan lebih repot. Pengenalan akan pribadi ini tidak boleh diabaikan. Bahkan bila perlu sangat dianjurkan mengikuti satu tes dalam Psikologi yang sering disebut MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory) merupakan jenis bateray test psikometik terutama untuk mengidentifikasi aspek-aspek psikologis seseorang Tujuan utama adalah untuk mengenal kepribadian kita maupun calon pasangan kita secara psikologis

Ketiga: Aspek Biologis
Salah satu tujuan pernikahan adalah menikmati seks yang dikuduskan dan memperoleh keturunan. Namun ini adalah hanya salah satu tujuan pernikahan dan masih banyak tujuan pernikahan lainnya. Tetapi mempersiapkan diri secara baik dalam hal biologis sangat penting. Pastikan bahwa diri kita sudah siap secara fisik dan jika ada masalah berkaitan dengan hal ini harus dibicarakan.  Persiapan bilogis juga menyangkut kesiapan materi. Sebelum menikah sebaiknya kita sudah memiliki sumber mata pencaharian.

Memang syarat-sayarat yang sudah dijelaskan di atas belumlah sempurna. Tetapi harapan saya sedikit bisa membantu rekan-rekan muda yang akan menikah.

Tuhan Yesus Memberkati.

Rabu, 24 April 2013

MENGAMPUNI ITU INDAH


Hermanto Karokaro, MA


Saya teringat ketika mengunjungi seorang  ibu  yang sedang sakit di salah satu rumah sakit di Jakarta beberapa waktu yang lalu.  Salah seorang anak ibu tersebut meminta saya agar dilakukan perjamuan kudus. Ketika perjamuan  kudus hendak dilakukan, saya meminta agar si ibu berdoa dan memeriksa hati serta mengampuni jika ada orang yang menyakiti.  Sesat si ibu menatap saya sementara roti perjamuan sudah di tangannya. Kemudian si ibu pun berkata, saya tidak bisa, hati saya sangat sakit, terlalu jahat apa yang diperbuatnya.  Akhirnya perjamuan kudus pun ditunda.  Saya membiarkan  si ibu terdiam dalam perenungannya,  sambil mencoba masuk kedalam perasaannya. Dengan perlahan saya ajak bicara dan menggali apa yang dirasakannya. Membiarkan  si ibu   menceritakan rasa sakitnya.  Setelah hampir satu jam si ibu kelihatan mulai lega dan seperti sudah diatur Tuhan.  Beberapa menit setelah itu  orang yang menyakiti si ibu  tersebut datang dan saat itu terjadi  rekonsiliasi (saling memafkan). 

Mengampuni   harus sampai di hati.  Banyak orang katanya sudah mengampuni, tetapi tidak sampai di hati.  Tanda mengampuni sampai di hati  bukan berarti kita melupakan peristiwa  yang pernah terjadi, karena hal itu sudah sampai di memori alam bawah sadar kita.  Tetapi walau kejadian itu masih kita ingat, namun tidak lagi menyakiti.  Ibarat ular gigitanya sudah tidak berbisa. 

Mengampuni memang  tidak mudah, apa lagi tingkat kesalahannya sangat melukai hati, dan orang yang melakukannya  sangat kita cintai pula.  Dalam sebuah percakapan antara murid-murid dan Tuhan Yesus,  Petrus memunculkan sebuah pertanyaan tentang berapa kali seseorang harus mengampuni. Petrus berpikir 7 kali adalah batas maksimal  mengampuni, karena pada zaman itu di masyarakat tidak ada ajaran tentang mengampuni, yang ada adalah hukum saling membalas.  Yesus menjawab bahwa batas mengampuni itu bukan 7 kali, tetapi 7 kali 70 kali. Artinya, mengampuni itu tidak ada batasnya.  Kita selalu memberi kesempatan kepada orang lain untuk berubah.  Mungkin kita berkata, saya sih mau mengampuni tetapi saya tidak sanggup. Ada banyak orang masuk dalam kategori seperti ini. Ingin dan mau mengampuni  tetapi tidak sanggup. Dalam hal mengampuni memang kita membutuhkan kekuatan dan sumber kekuatan kita adalah Tuhan.  Jika Tuhan menyuruh kita mengampuni maka Dia juga bersedia menolong kita. Karena itu jika saat ini ada orang yang belum bisa saudara ampuni, maka mintalah kepada Tuhan kekuatan,  Dia pasti akan menyanggupkan. 

Selamat Mengampuni.


MEMBANGUN BANGUNAN ALLAH Ev. Hermanto Karokaro 1 Korintus 3:10-23 Dalam renungan sebelumnya kita telah belajar bahwa setiap orang p...