Selasa, 14 Agustus 2012

MENANG ATAS MASALAH


Ev. Hermanto Karokaro, S.Th. MA

Hidup dalam Tuhan tidak berarti bebas dari persoalan.  Seperti yang dialami para murid, mereka sedang berjalan bersama Tuhan Yesus. Namun Alkitab berkata, sekonyong-konyong (secara tiba-tiba) badai datang dan menghantam perahu mereka. Masalah bisa datang kapan saja  kedalam hidup kita, suka atau tidak suka, siap atau tidak siap, dia  datang tanpa bisa kita tolak. Dan jika kita salah menyikapinya  tidak menutup kemungkinan  masalah itu akan mengontrol hidup kita, kita bisa kehilangan sukacita, semangat, bahkan harapan.  Jimmy Dean berkata “ kita tidak bisa mengatur arah angin, tetapi kita bisa mengatur arah perahu kita agar tetap berajalan kearah tujuan yang kita tetapkan”   Jimmy ingin berkata bahwa, kita manusia punya keterbatasan  dan ada saatnya kita harus menghadapi situasi-situasi yang kita tidak bisa tolak. Saya teringat dengan seorang hamba Tuhan senior, alm Pdt. Eka Darma Putera. Beliau  Tuhan izinkan mengalami sakit kanker, walau akhirnya harus meninggal karena penyakit tersebut, beliau telah menujukkan sikap seorang pemenang karena imannya pada Kristus. 

Tiga langkah menang atas masalah:

1.       Hadapi  masalah  bersama Kristus
Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala rumah ibadat: "Jangan takut, percaya saja!“ Markus  5:36.  Yairus, seorang kepala rumah ibadat yang saleh namun menghadapi masalah “anak yang dia kasihi menderita sakit bahkan sudah meninggal”  dalam situasi yang sangat sulit seperti itu wajar kalau ayah ini takut. Tetapi dalam situasi yang seperti itu Tuhan Yesus berkata “Jangan Takut” percaya saja.  Yesus ingin berkata kepada Yairus, masalah ini memang menjadi sangat berat jika engkau pikul sendiri, namun akan menjadi ringan jika Kau serahkan pada Ku.  Sebuah cerita tentang seorang ibu yang memikul keranjang yang penuh buah dan sayur, ketika dia sudah berada diatas kenderaan, namun dia tetap mengeluh karena masih merasa berat, ternyata walau sudah di atas kenderaan keranjang yang dipikulnya tetap dia gendong. Tuhan Yesus dalam injil Matius  11:28 Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. 

2.       Miliki teman/sahabat untuk berbagi
Saya pernah membaca sebuah spanduk yang bertuliskan “ bersama kita bisa”. Sebuah pepatah lama berkata “bersatu kita teguh bercerai kita runtuh”  Pernyataan ini ingin mengatakan bahwa kita membutuhkan orang lain, kita tidak bisa hidup sendiri.   Sesungguhnya Alkitab sangat menekan tentang perlunya mitra – sahabat.  Tuhan Yesus berkata  Dalam  Markus 6:7 Ia memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka berdua-dua. Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat “   Dalam pelayanan Yesus bersama murid-murid, Yesus tidak pernah mengutus murid-Nya sendirian.  Dalam ayat yang lain  berkata Ibrani  10:25 Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat. Pengalaman dalam konseling, klien itu akan menjadi lebih merasa lega jika dia didengar saat mencurahkan semua bebannya. Karena itu, milikilah sahabat – teman untuk berbagi dan saling menguatkan.

3.       Mau berubah
Saya terinspirasi oleh Film Power Ranger, saat mereka terdesak maka strategi akhir yang mereka lakukan dalam menghadapi musuh dengan berkata “BERUBAH”.  Tuhan sering menginzinkan masalah datang dalam kehidupan kita tujuannya adalah supaya kita berubah.   Rasul Paulus  berkata  dalam Roma 12:2 Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.   Tuhan tidak iseng, setiap kejadian yang kita alami Tuhan punya tujuan yang baik.  Sebagaimana dikatakan Paulus dalam  Roma  8:28 Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.

Kesimpulan
Situasi dalam hidup kita bisa berubah, namun yang terpenting adalah bagaimana kita menyikapi setiap situasi. Terutama situasi-situasi yang sulit. Firman Tuhan sudah mengajarkan kita tentang sikap dalam menghadapi masalah; Hadapi bersama Yesus – Milikilah sahabat untuk saling menguatkan – Berubahlah kearah yang lebih baik.

Selasa, 22 Mei 2012

MENOLONG ANAK KORBAN PERCERAIAN


Oleh: Ev. Hermanto Karokaro, S.Th, M.A




Dari waktu ke waktu, kasus perceraian  tampaknya terus meningkat. Maraknya tayangan infotainment di televisi menyiarkan parade artis dan public figure yang mengakhiri perkawinan mereka melalui meja pengadilan,  seakan mengesahkan bahwa perceraian merupakan tren di abad modern.  Sepertinya kesakralan dan makna perkawinan sudah tidak  lagi berarti. Pasangan yang bercerai sibuk mencari pembenaran akan keputusan mereka untuk berpisah. Mereka tidak lagi mempertimbangkan  bahwa ada yang bakal sangat menderita dengan keputusan tersebut, yaitu anak-anak

Masalah yang mungkin muncul sebagai akibat perceraian adalah lahirnya anak yang memiliki kepribadian  kurang baik.  Tidak jarang anak yang korban perceraian sering menunjukkan perilaku-perilaku yang agresif bahkan mungkin ada yang  suka berkelahi, atau sebaliknya mungkin juga ada  anak yang  pendiam atau sulit bergaul. Perilaku-perilaku yang tampak ini sesungguhnya hanya sebagai gejala dan bila ditelusuri tentu ada penyebabnya. Anak menunjukkan perilaku  agresif bila ditelusuri kemungkinan ada perasaan frustrasi karena merasa gagal mendamaikan kedua orang tua. Demikian juga ada anak  menunjukkan perilaku anti sosial atau sulit bergaul hal ini dikarenakan ada perasaan bersalah karena ada pikiran bahwa anaklah yang menyebabkan orang tua bercerai. Anak-anak yang menjadi korban perceraian mengalami banyak masalah karena perhatian dan kasih sayang yang diberikan oleh orang tua saat mengalami konflik berat mau tidak mau juga akan berubah. Selama tahun pertama perceraian, kualitas pengasuhan yang dialami anak seringkali jelek, orang tua sibuk dengan kebutuhan dan penyesuaian status menjadi janda/duda dengan konsekuensi psikologis, social dan ekonominya.

Ketegangan selama proses dan setelah perceraian membuat orang tua menjadi lebih sensitif, mudah marah sekaligus mudah menangis, depresi, kebingungan dan instabilitas emosional serta kemelut yang menguras emosi, akan menyita waktu dan energi orang tua untuk “mendengarkan” anak-anaknya, sedangkan menghabiskan kesabaran untuk secara sensitive merespon kebutuhan anak secara tepat sulit untuk dipenuhi. Sehingga bisa terjadi, anak yang rewel karena merasa diabaikan, justru akan mendapat bentakan dari ibu atau ayahnya. Atau sebaliknya, orang tua menjadi lebih protektif, bahkan posesif terhadap anak mereka karena kini anak adalah satu-satunya ‘harta”mereka. (Heterington, Anderson, & Hagan, 1991)

Perceraian merupakan hal yang sangat emosional yang menenggelamkan anak ke dalam konflik. Konflik adalah suatu aspek kritis keberfungsian keluarga yang seringkali lebih berat dari pada pengaruh struktur keluarga terhadap perkembangan anak. Sepertiga anak terus memperlihatkan kemarahan akibat tidak dapat tumbuh dalam keluarga utuh dan lebih cenderung mengingat konflik dan stress yang mengitari perceraian tersebut sepuluh tahun kemudian, ada kekhawatiran bila mereka tidak dapat hidup lebih baik dari orang tuanya. Sedangkan pada anak perempuan yang remaja, lebih sering terlibat konflik dengan ibunya, berperilaku dengan cara-cara yang tidak terpuji, memiliki harga diri rendah dan mengalami lebih banyak masalah hubungan heteroseksual.  Mengutip pendapat Paul Gunadi  akibat peceraian pada anak : (1 ) Perasaan terbelah atau tercabik-cabik  (2) Perasaan marah bahkan frustrasi   (3) Perasaan bersalah  (4) Perasaan kehilangan identitas social  (5) Perasaan rendah diri.
Perceraian tidak dapat dihindari tapi dampaknya pada anak dapat diminimalisir dengan menciptakan lingkungan yang optimal meski tidak selalu gampang dicapai orang tua tapi sangat dibutuhkan bagi tumbuh kembang anak.

Untuk menolong anak korban perceraian maka sebagai konselor ada beberapa langkah yang dapat dilakukan, yaitu : 1. Mencegah lahirnya anak yang berkeribadian buruk dengan mengajak orang tua untuk  tetap bertanggung jawab dalam pertubuhan kepribadian anak. 2. Melakukan konseling atau menangani  anak-anak yang sudah memiliki kepribadian buruk.

Sebagai langkah pencegahan kepada orang tua harus diberi penjelasan bahwa jika anaknya ingin bertumbuh dengan baik harus memperhatikan hal-hal berikut: Pertama, anak harus mendapatkan kebebasan untuk menemui orang tuanya. Mereka harus diperbolehkan menelpon atau menjumpai salah satu orang tua tanpa merasa takut menjumpai orang tua lainnya. Anak tidak boleh diharuskan untuk berpihak pada salah satu orang tuanya karena hal ini akan menciptakan suasana yang sama-sama merugikan. Pilih ibu maka ayah harus dilupakan, pilih ayah berarti ibu harus dilepaskan.anak-anak harus mendapat izin untuk menyanyangi kedua orang tuanya di depan masing-masing orang tuanya.
Kedua, anak membutuhkan konsistensi untuk merasa aman dan terlindungi. Masing-masing orang tua perlu menemukan aturan dan konsekuensinya yang sama di kedua rumah. Orang tua perlu membahas dan menyepakati kegiatan rutin anak-anak, kegiatan yang diperbolehkan atau tidak. Semangat kerjasama ini akan menunjukkan kepada anak bahwa kedua orang tuanya adalah menyenangkan. Konsistensi akan memberi anak keseimbangan dan membantu mereka menyesuaikan diri menghadapai perceraian dan penyesuaian prestasinya di sekolah.
Ketiga, anak harus mengetahui bahwa kedua orang tuanya masih terlibat dalam kehidupan mereka. Orang tua tidak menceraikan anaknya karena anak membutuhkan asuhan keduanya. Kedua orang tua harus menghadiri acara-acara sekolah. Keterlibatan keduanya menujukkan kedua orang tua berpendapat bahwa sekolah merupakan sebuah prioritas, ini dapat menjadikan mereka berusaha bersungguh-sungguh disekolah.
Sebagian besar anak berharap orang tuanya akan bersatu lagi. Hal ini dapat dipahami karena mereka ingin keluarganya kembali seperti dahulu. Sayangnya khalayan yang dipegangnya seringkali bertentangan dengan kenyataan yang ada.  Anak harus merasa nyaman dengan diri mereka sendiri agar mampu bertingkah laku dengan baik dan berprestasi disekolah. Anak akan dapat menyesuaikan diri dengan perceraian orang tuanya dan dapat berhasil disekolah kalau orang tuanya bisa menjadi bagian kehidupan mereka. Tidak ada obat yang dapat menyembuhkan luka perceraian. Tapi ada tindakan yang dapat mengurangi rasa sakitnya yaitu kedua orang tua harus menjaga perdamaian dan harus tetap terlibat dalam setiap aspek kehidupan anak-anak tersebut.
Sebagai langkah terapi atau penyembuhan terhadap anak yang sudah menjadi korban, maka beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses konseling: Fokuskan sesi pertama untuk membangun hubungan baik dengan anak-anak. Bersabarlah. Anda tak bisa memburu-buru seorang anak dan mengharapkan hasil yang baik pada waktu yang sama. Siapkan diri Anda untuk melakukan permainan guna mencairkan suasana yang kaku, menonton video tentang anak-anak yang berhasil mengatasi perceraian kedua orang tua mereka, atau “sekedar berbincang” tentang sekolah, teman-teman, keluarga dan hal-hal lain yang ingin didiskusikan si anak. Jangan terkejut atau kecewa jika anak menolak proses konseling. Ini biasa terjadi. Sepanjang hidupnya anak-anak diberi petunjuk agar berhati-hati berbicara dengan orang asing. Sampai terbangun relasi konseling yang baik, maka konselor akan tetap menjadi orang asing baginya. Majulah perlahan-lahan, dan banyaklah bermain di sesi awal.

Pada sesi berikutnya usahakan maju lebih dalam untuk menyimak ke dalam proses cara berpikir dan perasaan klien anak Anda. Gunakan buku gambar (jika sesuai umurnya) dan latihan “Selesaikanlah Kisah Ini” untuk membuat anak siap memasuki sesi-sesi berikutnya. Berilah penghargaan pada kemampuan anak untuk menyesuaikan diri dan selalu katakan yang baik mengenai kedua orang tuanya. Jika klien anak menyatakan kemarahannya kepada orang tuanya, dengarkan namun jangan menyetujui kemarahan tersebut. Namun, jangan juga membantah atau mementahkan apa yang disampaikannya. Jika seorang anak bertanya, “Apakah saya boleh marah kepada ayahku?” katakanlah, “Yang benar-benar penting adalah apa yang kau pikirkan dan rasakan. Tidak ada aturan tentang bagaimana anak sebayamu harus bereaksi terhadap masalah ini. Jadi kamu bisa mengatakan apa saja yang ingin kau sampaikan di sini. Saya tidak akan menjadi prihatin atau melaporkan hal itu kepada ibumu.”Saat proses konseling berlanjut, terus lakukan pembicaraan dengan orang tua untuk melihat apakah klien anak menyadari dan memenuhi tujuan yang sudah kalian tetapkan bersama di awal. Jika tujuan yang ditetapkan telah dicapai, dan tidak ada lagi masalah baru yang harus ditangani--akhirilah konseling. Anda juga bisa mengakhiri konseling pada saat orang tua merasa bahwa anak sudah mencapai perkembangan yang diharapkannya. Ingatlah selalu bahwa datang ke sesi konseling itu hal yang tidak enak bagi siapa pun, terutama bagi mereka yang menjadi orang tua tunggal yang harus melakukan semuanya sendirian. Mengakhiri suatu seri konseling pada saat yang tepat akan sangat diterima oleh mereka sebagai sesuatu yang menyenangkan.



Literatur:
1.      David Miller,  Konseling Anak Korban Perceraian
2.      Fattayat,  Perceraian  dalam penghayatan Anak
3.      Paul Gunadhi, Perceraian dan dampaknya terhadap anak

Jumat, 04 Mei 2012

KARAKTER, mungkinkah berubah ???


Oleh: Ev. Hermanto Karokaro, S.Th. MA


Menurut sebuah penelitian, binatang yang paling malas di dunia adalah “koala” binatang khas dari Australia. Si koala ini mempunyai karakter malas, sehingga dia dikenal sebagai binatang pemalas. Konon katanya, dia tidur 22 jam dalam sehari, untuk makan pun dia malas. Satu-satunya kegiatan yang membuat dia banyak bergerak hanya pada saat musim kawin. Koala sudah dikenal sebagai binatang yang berkarakter pemalas, dan sampai selamanya dia akan tetap pemalas, karena dari nenek moyangnya memang sudah begitu.

Sangat banyak karakter negatif bisa kita kenal pada manusia. Ada karakter pemalas, karakter tukang ngaret, karakter defensif, karakter pembohong, karakter pembual,  karakter penakut, karakter manipulatif dan beribu-ribu karakter lainnya.  Kita mungkin pernah mendengar seseorang berkata, “ dia memang  sudah begitu karakternya, sudah dari sananya,  enggak mungkin bisa berubah”.  Saya  teringat dengan seorang  teman, kalau ketemu selalu mengeluh, seingat saya tidak ada kata-kata  positif saya dengar dari mulutnya.  Dan ketika saya bertemu setelah sekian lama berpisah, saya berpikir sudah berubah, e.. ternyata sama saja, mengeluh dan mengeluh  lagi.  Pertanyaannya,  mungkin kah teman saya ini  bisa berubah ?   Mungkinkah karakter-karakter buruk  seseorang bisa berubah. Jawabannya adalah BISA.   Kalau memang bisa mengapa sampai saat ini dia masih seperti itu ?  Saya tidak setuju kalau  teman saya ini disamakan dengan si koala.  Karena koala adalah ciptaan Tuhan yang tidak memiliki akal budi, sementara teman saya ini adalah ciptaan Tuhan yang paling mulia, punya akal budi, perasaan,  dan saya percaya dia bisa berubah.

Dalam ilmu psikologi khususnya  psikologi kepribadian, mengartikan Karakter adalah, salah satu bagian dari kepribadian  yang terbentuk oleh karena faktor lingkungan dan dapat berubah, serta bisa di kategorikan baik atau buruk. Beda dengan tempramen, yang dibawa sejak lahir dan sifatnya menetap dan tidak bisa dikategorikan baik buruk karena netral..   Karakter bisa berubah dan memang  harus berubah, apa lagi karakternya  negatif, harus berubah dong.  Kalau tempramen  tidak perlu diubah dan memang tidak bisa berubah, karena Tuhan sudah menetapkan seperti itu.  Bisa dibayangkan kalau tempramen manusia semua sama, sama-sama kholerik atau sama-sama melankolis.  Contoh Rasul Petrus (seorang yg kholerik)  dan Rasul Yohanes (seorang melankolis).  Mereka dari segi tempramen tidak berubah walau mereka sudah menjadi rasul, tetapi yang berubah adalah karakter mereka. Dulu Petrus seorang penakut, setelah jadi rasul menjadi seorang pembrani.  Dulu Yohanes  seorang yang sangat egois setelah bertemu Tuhan mau berbagi dan peduli orang lain.    Karakter seseorang biasanya terbentuk lewat proses yang panjang dan sedikit demi sedikit.   Jika karakter itu sudah sedemikian berkarat, sejak kecil sudah dibiaskan  berbohong,  mungkinkah bisa berubah jadi karakter jujur.  Maka jawabannya adalah pasti bisa.  Memang tidak semudah kita membalikkan tangan atau seperti makan cabe langsung terasa pedasnya.  Dibutuhkan usaha dan kerja keras.   Apa yang harus kita lakukan ???   akan dibahas pada segmen berikutnya….

Untuk merubah karakter  memang tidak mudah, karena terbentuknya pun melewati proses yang panjang.  Contoh, orang yang terbiasa  bohong agak sulit jika disuruh tiba-tiba jadi jujur, atau orang yang sudah terbiasa datang terlambat (jam ngaret)  tidak bisa tiba-tiba tepat waktu.  Karena itu ada beberapa hal yang perlu di perhatikan dan dilakukan untuk menuju ke sebuah perubahan:

1.       Sadar  bahwa ada karakter yg perlu dirubah. 
Tanpa kesadaran orang tidak mungkin berubah.  supaya  timbul kesadaran diri maka Firman Tuhanlah yang menjadi cermin.  Firman Tuhanlah yang  menjadi standart karakter  ideal.   Roma  12:2 Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.

2.       Memiliki  tekad/keinginan  pribadi untuk berubah
Sadar saja tidak cukup, harus dilanjutkan dengan keinginan untuk berubah.  banyak orang karakternya tidak berubah, padahal dia sadar bahwa ada yang harus dirubah dalam dirinya, tetapi dia tidak mau, tidak ada keinginan. Mungkin dia berkata, Tuhan Yesus saja tidak berubah. mengapa saya harus berubah. berubah tidaknya seseorang sangat ditentukan oleh seberapa besar keinginannya. Jika keinginannya kuat maka karakternya bisa berubah. 

3.          Minta kekuatan dari Tuhan
sadar dan ingin berubah terkadang  tetap saja tidak  membuat seseorang berubah.  saya teringat dengan seorang pemuda yang pernah konseling ke saya. Dia berkata bahwa mau berubah dari karakter “pemarah” tetapi dia tetap jadi pemarah.  Maka langkah selanjutnya adalah  kita harus bermitra dengan Tuhan, minta kekuatan dari Tuhan, bukankah Roh Kudus selalu siap membantu kita untuk berubah.  Roma  8 :26 Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita;
 
4.          Lakukan terus menerus
Karena karakter itu terbentuknya lama dan sedikit demi sedikit maka perlu ketekunan melakukannya. Tantangan pasti ada, tetapi teruslah lakukan sampai akhirnya  hal itu menjadi karakter.  REPOH :   Repetisi                       : Easy                     : Pleasure                : Often                  :   Habit

Minggu, 15 April 2012

AYAH SAYANG ANAK



Ev. Hermanto Karokaro, S.Th, M.A

Amsal  29 :17 Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu.

Menjadi seorang ayah bukanlah perkara mudah, karena ada tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam mendidik dan membesarkan anak.  Keberhasilan seorang anak tidak bisa dilepaskan dari pola asuh atau cara orang tua mendidik anaknya. Terutama ayah, sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan seorang anak.  Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang penuh dengan kasih sayang dari seorang ayah umunya akan bertumbuh menjadi pribadi yang lebih percaya diri, stabil dan terkontrol. Sebaliknya anak yang minim kasih sayang dari seorang ayah cendrung kurang percacaya diri, sering menimbulkan masalah, dll. 

Daud sebagai raja dan sekaligus seorang ayah menjadi sebuah contoh yang dapat menjadi pelajaran. Saat anak-anak Daud masih kecil-kecil ternyata Daud terlalu sibuk mengurus tugasnya sebagai raja, mengatur tentara, melakukan perang merebut kota-kota lain.  Selain itu salah satu kebiasaan Daud adalah mengoleksi beberapa wanita untuk dijadikan istri. Anak-anak Daud bertumbuh tanpa arahan yang baik bahkan cendrung mendapat teladan yang negatif. Hingga suatu saat ketika anak-anak Daud sudah besar, mereka berkelahi satu dengan yang lain, bahkan Amnon salah satu anak Daud dari istri yang lain memperkosa anak Daud Tamar dari istri yang lain, betapa kacaunya. Bahkan yang sangat menyedihkan, Absalom anak Daud ingin merebut kekuasaan dan menjatuhkan Daud sebagai raja atas Israel.  Walau akhirnya Absalom terbunuh oleh tentara Daud. Diakhir kejadian itu Daud hanya bisa menangis dan menyesal. Kalau saja waktu bisa diputar mungkin Daud akan lebih memperhatikan anak-anaknya daripada sekedar membangun kerajaan.

Mengingat pentingnya kehadiran ayah dalam diri seorang anak tentu membuat para ayah berpikir ulang tentang hal-hal yang prioritas.  Mencari nafkah memang penting dan menjadi tanggung jawab seorang suami, walau demikian bukan berarti mengabaikan tanggug jawab yang utama (memperhatikan dan mengasihi anak). Sangat disayangkan hari-hari ini betapa banyak anak – anak bertumbuh tanpa kasih sayang. Sejak balita, anak hanya diasuh oleh baby sister sementara orang tua sibuk mencari nafkah mengejar karir, membangun bisnis. Satu saat  bisnis sudah berhasil, karir sudah memuncak, tetapi pada saat yang sama pula, anak sudah bertumbuh tanpa kasih sayang, tanpa sentuhan dari orang tua. Bukan tidak mungkin harta yang sudah dikumpulkan, karir yang sudah dibangun susah payah runtuh karena perlakuan anak yang tidak bisa dikontrol. Rata – rata anak jatuh kepergaulan bebas, narkoba, geng, dll adalah anak yang bertumbuh tanpa atau minim kasih sayang.

Dengan mengingat apa yang dikatakan dalam  Amsal  29 :17 Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu. Mari para orang tua khusunya kita sebagai ayah, ambil tanggung jawab ini, agar ketika saatnya kita menjadi tua kita akan meilhat anak-anak kita bertumbuh dengan baik dan menjadi kebanggaan kita.


Jumat, 13 April 2012

Never Giveup - Keep Run

Oleh: Ev. Hermanto Karokaro, S.Th, M.A


Keadaan zaman semakin hari semakin sulit, penderitaan manusia semakin hari semakin banyak. Tekanan demi tekanan  terkadang membuat orang menjadi lelah dan tidak jarang akhirnya menyerah. Hanya orang-orang yang tangguhlah yang akan mampu bertahan menghadapi sulitnya kehidupan. Pertanyaannya sekarang,  siapakah orang-orang yang tangguh itu ? atau bagaimana supaya kita menjadi pribadi-pribadi yang  menang bukan pecundang ?   Untuk menjadi pemenang paling tidak ada tiga hal yang perlu kita pahami:

1.  Sadarilah bahwa hidup memang perjuangan.

Ada tiga jenis orang, jenis pertama “Quitter” (orang yang tidak berani menghadapi tantangan). Jika ada masalah selalu menghindar.  Jenis kedua “Cumpper” (orang yang cepat puas dan tidak mencoba lebih). Orang ketiga “Claimber” (orang yang berani menghadapi tantangan). Dalam bahasa Rasul Paulus, hidup itu adalah pertandingan. Pertandingan bukan untuk mendapatkan mahkota yang fana, melainkan mahkota yang abadi. 2 Timotius 4:7 Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Orang yang sadar bahwa hidup adalah pertandingan akan membuat  dia senantiasa terus berlatih dan berlatih. Dengan kesadaran seperti itu, akan membuat seseorang terhindar dari perasaan gampang menyerah.  Namun terkadang kalau hanya sebatas sadar bahwa hidup adalah perjuangan, kenyataanya masih banyak orang yang putus asa, kecewa, bahkan ada yang akhirnya mengahiri hidup. Maka dari itu perlu hal yang ke dua.

2.    Miliki paradigma yang benar dalam melihat setiap masalah

Satu masalah dilihat oleh dua orang  bisa berbeda, tergantung paradigma atau cara pandang mereka. Si A mungkin melihat masalah sebagai sesuatau yang sangat memberatkan bahkan putus asa akhirnya. Sementara si B melihat masalah yang sama namun  dia justru melihat itu sebagai sebuah kesempatan. Seberat apa pun masalah, kalau kita mempunyai cara pandang yang benar  kita akan bisa mengatasinya. Itulah kekuatan paradigma.  Saya mengutip tiga contoh dalam Alkitab yang mengajarkan tentang paradigma dalam menghadapi masalah:

1.     Tuhan Yesus:
Markus 5:36 Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala rumah ibadat: "Jangan takut, percaya saja!"  Tuhan Yesus mengajarkan sikap/Paradigma  dalam menhadapi masalah adalah  “jangan takut, percaya saja”

2.     Rasul Paulus:
1 Korintus 10:13 Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya. Rasul Paulus memberikan cara pandang yang lain dalam menghadapi masalah, yaitu menganggap masalah adalah sesuatu yang wajar. Bisa dialami oleh siapa saja.

3.     Rasul Patrus:
Rasul Petrus dalam suratnya  di 1 Patrus 2:19 memberikan paradigm yang lain, ya itu masalah adalah kasih karunia.  Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung.

3. Milikilah teman/sahabat untuk berbagi.

Tuhan Yesus memberi contoh bahwa Dia pun mempunyai sahabat yang sekaligus murid-Nya ya itu ke 11 Rasul. Dan Yesus pun mengutus murid-murid berdua-dua, supaya mereka bisa saling menguatkan. Sesungguhnya tidak ada manusia yang super, superman hanya ada di film. Dalam dunia nyata semua manusia terbatas adanya, karena itu kita saling membutuhkan.  Banyak kasus  bunuh diri karena mereka merasa tidak memiliki teman. Kita akan menjadi kuat saat kita mau membagikan masalah kita kepada orang lain. Kita akhirnya bisa menang karena ada orang-orang yang mendukung. Karena itu milikilah sahabat, tentunya sahabat yang membawa kita ke pada pertumbuhan.  






Jumat, 24 Februari 2012

KALAU SUDAH ENGGAK CINTA MAU BILANG APA ?

Judul di atas merupakan sepenggal kalimat yang dikatakan oleh seorang suami kepada istrinya. Dan kalimat ini merupakan kisah nyata yang masuk ke dalam blog saya. Rasanya nggak pantas memang seorang suami atau istri berkata begitu kepada pasangannya. Disisi lain mungkin benar juga, bahwa dihatinya memang sudah nggak ada cinta. Tetapi kalau dipikir-pikir mengapa hal ini bisa terjadi, bukankah dahulu ketika menikah karena ada rasa cinta. Lalu sekarang kemana cinta itu, atau mungkinkah cinta itu bisa hilang  ditelan waktu, atau terbang dihembus badai kehidupan.

Suatu hari, ada seorang kakek dan nenek makan disebuah restoran.  ada hal  yang menarik dari pasangan ini. si Kakek makan dengan semangat dan penuh selera, sementara si Nenek dengan setia menanti sambil melihat-lihat si Kakek makan. Karena dari tadi si Nenek nggak makan, padahal ada makanan didepannya. Dengan sedikit heran seorang gadis datang menghampiri dan bertanya kepada si Nenek mengapa makanannya tidak dinikmati. Maka si nenek menjawab dengan santai, bahwa dia sedang menunggu. Lalu sigadis bertanya lagi, nenek menunggu siapa ? Maka si Nenek menjawab dengan sedikit senyum, bahwa yang dia tunggu adalah, gigi palsu yang sedang di pakai Kakek. Rupanya Kakek dan Nenek Join menggunakan gigi palsu. Kedengarnnya mungkin aga sedikit lucu, tetapi  sesungguhnya itu terjadi karena Nenek cinta Kakek dan Kakek cinta Nenek. Rupanya Cinta mereka tetap terpelihara dan awet sampai Kakek - Nenek. 

Cinta itu memang seperti bunga yang perlu dijaga dan dirawat. Bagaimana merawat cinta ?......  bersambung

MEMBANGUN BANGUNAN ALLAH Ev. Hermanto Karokaro 1 Korintus 3:10-23 Dalam renungan sebelumnya kita telah belajar bahwa setiap orang p...