Jumat, 03 Juni 2011

BERKAT DI BALIK MASALAH


Setiap orang tentu tidak ingin ada masalah dalam hidupnya.  Namun sebelum lebih jauh, saya ingin membagi dua jenis  tentang masalah; pertama masalah yang kita buat sendiri misalnya, sudah tahu kalau merokok atau minum-minum keras dapat merusak kesehatan, tetapi tetap saja banyak orang yang merokok dan minum-minuman keras. Ketika sudah jatuh sakit minta didoakan pula  supaya sembuh. Masalah seperti ini obatnya sesungguhnya adalah pertobatan, bukan doa.  Kedua masalah yang datang bukan karena kita yang mengundang, tetapi atas seizin Tuhan. Seperti masalah yang dihadapi  Ayub hamba Tuhan itu.

Sebagai orang yang beriman dan saleh pula, kalau boleh memilih hendaknya masalah dijauhkan dari hidup kita. Kalau boleh jalan hidup ini lancer-lancar saja. Kita sehat-sehat, uang melimpah, semua terkendali dan aman. Namun kenyataannya tidak demikian. Setiap orang tanpa terkecuali, yang saleh dan yang salah. Yang jujur dan korupsi masing-masing Tuhan izinkan ada masalah. Karena itu hal yang harus kita pahami adalah bukan mengindari masalah, tetapi bagaimana sikap kita saat masalah datang.  

Secara umum ada beberapa sikap orang dalam menghadapi masalah: pertama saya menyebutnya pecundang. Artinya orang seperti ini jika ada masalah cendrung melarikan diri, dan selalu mencari siapa yang salah, dan yang dilihat selalu hanya kesulitan-kesulitan. Kedua saya menyebutnya penjaga tenda. Artinya orang seperti ini cendrung bertahan dan berhenti, atau lebih tepatnya orang yang pasrah namun tanpa pengharapan. Ketiga saya menyebutnya petualang, artinya orang seperti ini melihat masalah tidak hanya sebagai masalah. Tetapi ada sesuatu dibalik masalah tersebut. Hal ini membuatnya kuat menghadapi masalah bahkan berjuang memecahkan gunung masalah, sehingga ketika gunung itu sudah terlewati maka dia akan melihat ada banyak keindahan yang dapat dinikmati, dibalik gunung masalah ternyata ada sungai yang mengalir dan air terjun yang indah, dll. 

Kalau kita melihat ke Alkitab, dan kita belajar dari tiga tokoh yang mengajari kita bersikap terhadap masalah: pertama Tuhan Yesus, Dia berkata kalau ada masalah maka yang harus kita lakukan adalah jangan takut tetapi percaya. Kalau Paulus berkata kalau ada masalah, hal itu adalah hal yang biasa, hal itu tidak melebihi kekuatan kita dan lagi saat kita menghadapi masalah Dia selalu memberi kita kekuatan. Lain lagi yang dikatakan Yakobus, kalau ada masalah kita disuruh berbahagia. “anggaplah suatu kebahagiaan jika kamu jatuh kedalam pencobaan”  Yakobus menemukan berkat dibalik masalah ada tiga: pertama, supaya kita makin sempurna, kedua, supaya kita menjadi pribadi yang utuh, ketiga supaya kita tidak kekurangan dalam satu hal pun. 

Karena itu, jangan undang masalah karena dia akan datang sendiri. Kalau ada masalah datang yakinlah, itu sudah seizin Tuhan dan kalau Tuhan mengizinkan itu terjadi berarti baik bagi kita. Dan ingatlah apa sudah diajarkan Tuhan Yesus, Paulus dan Yakobus.  Akhirnya, nikmatilah berkat yang Tuhan sudah sediakan dibalik setiap masalah yang ada.

Kamis, 02 Juni 2011

TUJUAN PERNIKAHAN


Dalam sebuah survei yang dilakukan terhadap pasangan-pasangan yang hendak menikah, jawaban mereka tentang   tujuan pernikahan ternyata bermacam-macam diantaranya; sebagian tujuan menikah karena ingin mempunyai keturunan, ingin mendapat kebahagian, ingin diperhatikan, ingin mendapatkan kepuasan seksual, dll.  Menikah dengan tujuan diatas tentunya sangat berbahaya karena mungkin saja apa yang diinginkan tidak tercapai dan kalau tidak tercapai bagaimana ? hal ini akan menimbulkan problem dalam rumah tangga. Secara umum pasangan yang akan menikah berharap pernikahannya akan bahagia dan sesungguhnya harapan itu tidaklah salah, hanya saja bagaimana memperoleh kebahagiaan itu ?

 Karena itu tujuan pernikahan Kristen bukanlah kebahagiaan tetapi tujuan pernikahan Kristen yang benar adalah pertumbuhan (growth). Ketika masing-masing pasangan bertumbuh maka akibatnya adalah kebahagiaan. Jadi kebahagiaan merupakan akibat dari sebuah pertumbuhan dalam rumah tangga. Mengutip pernyataan Pdt. Julianto “ syarat untuk bertumbuh adalah: pertama  masing-masing sudah menerima pengampunan dari Kristus, sehingga masing-masing mampu saling mengampuni, kedua adaptability, artinya masing-masing tidak memaksa atau menuntut pasangannya, sebaliknya saling memahami dan memberi.[1]
 
            Disisi lain tujuan pernikahan Kristen secara teologis adalah sebuah lembaga yang dirancang Allah dalam memultiplikaskan  atau melipat gandakan gambardiri-Nya lewat keturunan manusia. Sebagaimana Allah menciptakan manusia segambar dengan diri-Nya, Maka keturunan manusia tersebut adalah representasi gambar Allah. Dengan menyadari akan hal ini maka kelak ketika pasangan-pasangan sudah menikah akan menghargai arti sebuah anak dalam keluarga dan berusaha mendidik dengan benar dan bertnggung jawab.


PRINSIP PERNIKAHAN KRISTEN (BAG 2)


Pernikahan dalam pandangan Kristen bukanlah sekedar keinginan manusia. Tetapi pernikahan  dalam pandangan Kristen adalah sebuah kehendak Tuhan. Dalam perjanjian Lama, Pernikahan merupakan lembaga pertama yang didirikan oleh Tuhan. Tuhanlah yang merancang pernikahan, Tuhanlah yang mempersatukan Adam dan Hawa sebagai satu keluarga.  Mengutip  pendapat  John Stoot, “ Perkawinan bukanlah temuan manusia. Ajaran Krsiten tentang topik ini diawali dengan penegasan penuh kegembiraan bahwa perkawinan adalah gagasan Allah, bukan gagasan manusia… Perkawinan sudah ditetapkan Allah pada masa sebelum manusia jatuh kedalam dosa.  Hal yang sama dalam Perjanjian Baru, Yesus dan Paulus memandang pernikahan adalah sebuah lembaga yang sangat penting. Ketika pernikahan di kota Kana Yesus melakukan muzijat pertama walaupun waktunya belum tiba toh akhirnya Yesus melakukan juga karena Yesus memandang pernikahan adalah sesuatu yang sangat penting. 

Pernikahan Krsiten merupakan sebuah perjanjian (covenant). Perjanjian bukan sekedar janji antara manusia yang sering berubah. Janji dalam sebuah pernikahan melibatkan Allah, artinya suatu janji yang tidak bisa dibatalkan dan merupakan ikatan seumur hidup. Itu sebabnya dalam pernikahan  Kristen pasangan yang menikah harus melibatkan Tuhan bahkan menjadikannya sebagai kepala sehingga komunikasi dalam keluarga bukan hanya dialog tetapi menjadi trialog.   Jika dalam keluarga Allah dijadikan kepala maka Allah akan terus melakukan intervensi sehingga pasangan-pasangan yang menikah terus bertahan dalam satu keluarga yang utuh sekalipun dalam perjalanannya menghadapi banyak tantangan. Tetapi sebaliknya jika Pernikahan hanya dipandang sebagai keinginan manusia semata maka ikatan pernikahan sangat rapuh dan mudah putus. Itulah yang terjadi dengan  pernikahan pada abad modern ini, terlebih pasangan para selebritis. Dulu waktu menikah ditanya mengapa menikah jawabnya sangat ilahi, atas kehendak Tuhan. Tapi  setelah menikah mengalami masalah lalu bercerai, kemudian ditanya mengapa bercerai jawabannya kembali sangat ilahi, sudah kehendak Tuhan. Benarkah atas kehendak Tuhan bercerai, tentu tidak.   Atau mungkin pernikahan dipandang sebagai sebuah  janji ilahi tetapi jika dalam perjalanan rumah tangga tidak melibatkan Tuhan maka dapat dipastikan pernikahan itu menjadi sesuatu yang hambar dan bukan tidak mungkin suatu saat akan kandas ditengah jalan. Maka dari itu pernikah Krsiten bukanlah sekedar janji manusia tetapi sebuah jani ilahi.

Rabu, 01 Juni 2011

SIAPAKAH JODOHKU ???


Apakah jodoh itu ditentukan Tuhan atau atas pilihan sendiri ? Pertanyaan ini menghasilkan jawaban yang beragam. Sebagian mungkin berkata bahwa jodoh itu ditentukan oleh Tuhan, bukankah ada istilah jodoh ditangan Tuhan. Tetapi sebagian lagi berpendapat  bahwa jodoh itu atas pilihan sendiri, bahkan ada istilah yang agak lucu kedengarannya, jodoh ditangan pak hansip.  Untuk menjawab pertanyaan diatas  saya mengutip tulisan  Dr. Mesach Krisetya.
“Sebagai orang Kristen yang telah lahir baru pertanyaan demikian itu pasti sudah tidak bisa dipertanggung jawabkan lagi. Karena sebagai orang Kristen yang benar, agama itu bukan lagi ritus agama atau organisasi agama yang condong untuk memecah belah persatuan, sebagai orang Kristen yang benar, agama itu adalah”gaya hidup”. Dengan demikian tidak adalagi pemisahan antara hidup menurut suara hati atau hidup menurut Tuhan.  Semua aspek kehidupan telah dilebur menjadi satu, tidak ada “double standard” atau “standard ganda” dalam kehidupan Kristen yang benar[1]
Kutipan diatas ingin menegaskan bahwa bagi yang sudah lahir baru tidak ada pemisahan antara suara Tuhan dan suara hati. Dan itu berarti jika seseorang sudah memutuskan untuk menikah sudah  siap dengan segala  tantangan yang akan muncul, artinya Tuhan tidak lagi menjadi sasaran yang dipersalahkan kemudian.  Pemahaman seperti ini harus ditanamkan kepada pasangan-pasangan yang akan menikah, sehingga mereka betul-betul bertanggung jawab atas pilihannya. Setelah mamahami jodoh ditangan siapa ? Selanjutnya pasangan yang akan menikah  diarahkan untuk memantapkan pilihannya dengan  memperhatikan langkah-langkah berikut: 
Pertama, Pilihlah pasangan yang memang anda (bukan kata orang)  tertarik secara fisik.  Hal ini penting sebab kondisi fisik memang  sangat berperan dalam membangun kebahagiaan pernikahan. Jika diawal saja anda sudah tidak tertarik secara fisik maka bisa dibayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Memang, ada pendapat bahwa cinta itu akan tumbuh seiring dengan waktu,  tetapi itu sifatnya kasus tidak bisa dijadikan acuan umum. Mungkin ada yang bertanya, aku sih tertarik kepadanya tetapi dia tidak tertarik dengan aku. Atau ada juga yang berkata, dia tertarik padaku tetapi aku tidak tertarik padanya. Maka jawabannya adalah sederhana, berarti dia bukanlah jodoh anda. Karena Tuhan tidak pernah memaksakan kehendak-Nya, apa lagi untuk pasangan hidup anda.
Kedua, Setelah anda sama-sama tertarik secara fisik, selanjutnya anda harus  masuk ke pribadinya. Artinya anda perlu mengenal lebih dalam  tentang minatnya apa, daya juangnya dalam menghadapi tantangan hidup bagaimana, ambisi atau sasaran hidupnya apa. Pengenalan akan pribadi ini tidak boleh diabaikan. Bahkan bila perlu sangat dianjurkan mengikuti satu tes dalam Psikologi yang sering disebut MPPI. Tujuan utama tes ini adalah untuk mengenal kepribadian kita maupun calon pasangan kita secara psikologis. Sangat baik jika masing-masing pasangan bisa memaparkan pohon keluarganya. Hal ini pun sangat penting untuk saling mengenal masing-masing keluarga baik kelebihan dan kekurangannya.
 Ketiga, Setelah anda mengenal lebih dalam tentang kepribadiannya maka yang   sangat penting selanjutnya diperhatikan adalah  tentang keyakinan. Saya menempatkan keyakinan pada urutan ke tiga bukan menunjukkan urutan prioritas. Keyakinan justru hal yang paling prinsip dalam memilih pasangan hidup. Jangan pernah menikah dengan orang yang berbeda keyakinan. Selain bertentangan dengan ajaran agama, pernikahan yang berbeda keyakinan adalah sumber masalah dan akan menjadi masalah selama pernikahan berlangsung. Mungkin ada yang berkata, kenyataannya ada yang menikah walaupun beda keyakinan. Kembali hal tersebut adalah kasus. Saya pernah mendengar kesaksian langsung dari seorang ibu (artis kristen) menikah dengan pria yang beda keyakinan. Inti dari kesaksiannya adalah menderita.  
Masih mengutip dari  bukunya  Dr. Mesach Krisetya  sbb:  Jangan pernah menikah karena anda merasa kasihan kepada seseorang, jangan menikah karena anda melarikan diri orang tua, jangan menikah karena anda bosan sendiri, jangan menikah karena anda ingin diperhatikan, jangan menikah karena semua orang menikah, jangan menikah kalau anda takut dengan masalah seks, jangan menikah karena anda terlanjur  hamil atau menghamili, jangan menikah kalau anda masih ada keraguan. Melainkan menikahlah jika anda  bisa membuat keputusan, jika sudah bisa menerima keputusan yang bertentangan dengan anda, jika anda sudah mandiri/tidak bergantung orang kepada orang tua, jika anda sudah memiliki pekerjaan, jika anda bisa mengatur keuangan, jika anda menghendaki untuk hidup bersama dengan orang tertentu melebihi semua hal. [2]


Senin, 30 Mei 2011

MENABUR DAN MENUAI


Sebelum kita menuai sesuatu tentu harus diawali dengan menabur terlebih dahulu. Tidak ada orang yang menuai tanpa menabur dan kalaupun itu busa terjadi maka namanya bukan menuai tetapi menemukan atau mencuri. Menabur memang suatu pekerjaan yang melelahkan karena biasanya sebelum menabur diawali dengan mencangkul, menggemburkan tanah dan mencari bibit yang akan di tabur. Semua itu tentu membutuhkan tenaga bahkan dana termasuk doa.

Dalam hal menabur dan menuai ada beberapa jenis orang; pertama, ada orang  ingin menuai  hasil yang  baik  tetapi menaburnya hal yang jahat. Kedua, ada   orang  menabur hal yang baik tetapi tidak sabar menunggu masa menuai. Ketiga, ada orang  menabur dengan sungguh-sungguh hal yang baik dan sabar menanti masa menuai.

Segala sesuatu yang kita tabur suatu saat pasti akan kita tuai. Tetapi yang perlu kita renungkan adalah bibit apa yang sering kita tabur ?  jika kita menabur kebaikan maka kita akan menuai kebaikan pula, jika kita menabur kasih maka kita akan menuai kasih. Sebaliknya jika kita menabur kebencian maka kita akan menuai kebencian, jika kita menabur kebohongan kita akan menuai kebohongan. Sekarang pilihan ada pada kita.  Banyak ayah atau sebagian ayah menabur kebohongan dalam keluarga, di rumah berlaku setia jujur pada hal di belakang punya wanita lain. Jangan heran benih yang di tanam suatu saat pasti akan berbuah dan akan menuai. Jangan heran jika suatu saat si ayah akan menangis karena anak wanitanya dibohongi oleh pria lain. Atau jangan heran jika suatu saat anak laki-lakinya pun akan berprilaku sama atau bahkan lebih buruk.   Tuhan sudah menentukan hukam alam seperti itu. Artinya jika kita tidak ingin menuai yang buruk maka tabur lah yang baik.

Tuhan pasti mengampuni setiap perbuatan kita yang jahat, tetapi masalahnya hukuman atas kejahatan kita tetap harus di jalani. Karena itu mulai hari ini berhentilah menabur yang jahat. Jika sekarang kita sedang menuai buah dari semua perbuatan kita yang jahat, belajarlah sabar dan tuailah dengan hati yang kuat. Sambil menuai  buah yang jahat kita belajar menabur yang baik. Sehingga saatnya buah yang jahat akan habis tertuai dan kita siap menuai buah dari kebaikan yang kita tabur.  

Akhirnya, selamat menabur dan selamat menuai.

MEMBANGUN BANGUNAN ALLAH Ev. Hermanto Karokaro 1 Korintus 3:10-23 Dalam renungan sebelumnya kita telah belajar bahwa setiap orang p...